Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MAKALAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Dewasa ini derajat kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini ditandai dengan tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih lambat terlihat dari penurunan hanya 25% dari 450/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 yang hanya menurun menjadi 334/100.000 kelahiran hidup (Hadijono, 2003).
Tidak semua kehamilan berakhir dengan persalinan yang berlangsung normal, 30,7% persalinan disertai dengan komplikasi, dimana bila tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat meningkatkan kematian ibu (Depkes RI, 2000). Penyebab kematian ibu di negara berkembang yang berhubungan dengan kehamilan adalah 1) Perdarahan 40 – 60%, 2) Toksemia Gravidarum 20 – 30% dan 3) Infeksi 20 – 30% (Hartanto, 2002).
Pada tahun 1990 WHO meluncurkan strategi Making Pregnancy Safer (MPS) oleh badan-badan Internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan WORLD Bank. Pada dasarnya MPS meminta perhatian pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk :
a.       Menempatkan Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan internasional.
  1. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
  2. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang lebih disusun.
  3. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana, aborsi legal, baik publik maupun swasta.
  4. Meningkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal serta pengembalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya.
  5. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. (Saifuddin, 2002).
Di dalam rencana strategi nasional MPS di Indonesia 2001 – 2010 disebutkan bahwa dalam konteks rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010, visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat”. Salah satu sasaran yang ditetapkan adalah menurunkan AKI menjadi 125/100.000 hidup dan Angka Kematian Bayi menjadi 16/1000 kelahiran hidup. (Saifuddin, 2002)
Sembilan puluh persen kematian ibu terjadi di saat persalinan dan kira-kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijakan Departemen Kesehatan RI untuk mempercepat penurunan AKI adalah mengupayakan agar : 1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan, dan 2) Pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil. Salah satu upaya yang cukup mencolok untuk mencapai keadaan tersebut adalah pendidikan sejumlah 54.120 bidan yang ditempatkan di desa selama 1989 / 1990 sampai 1996 / 1997 (Saifuddin, 2002).
SDKI 1994 menyatakan bahwa angka pertolongan persalinan oleh dukun masih cukup tinggi yaitu 59,5% sedangkan pertolongan oleh tenaga kesehatan termasuk bidan 36,5%. Dari data di atas terlihat bahwa pertolongan persalinan oleh bidan masih cukup rendah.
Kejadian tingginya angka kematian dan orientasi masyarakat menuju pertolongan dukun disebabkan 2 hal penting yaitu kemiskinan dan kurangnya pengetahuan khususnya dalam bidang reproduksi wanita (Manuaba, 1998). Dominannya pertolongan pada dukun beranak terutama di daerah pedesaan sekitar 65 – 75% (Manuaba, 1998). Hal inilah yang menyebabkan tingginya AKI dan AKB di negara-negara yang sedang berkembang.
Di Kabupaten Lampung Selatan persalinan yang ditolong oleh bidan 12.933 atau 64,15% dari 20.162 persalinan pada tahun 2002, yang berarti cakupan pertolongan persalinan oleh bidan masih kurang dari target 90%. (Profil Dinas Kesehatan Lampung Selatan, 2002).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.2.Bidan
2.2.1.      Sejarah Bidan
Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu – ibu yang melahirkan. Profesi ini telah mendudukkan peran dan posisi bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu – ibu. Disamping itu dengan setia mendampingi dan menolong ibu – ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari mesir (Siprah dan Poah) yang berani mengambil resiko membela keselamatan bayi – bayi laki – laki Bangsa Yahudi ( sebagai orang – orang yang terjajah oleh bangsa Mesir ) yang diperintahkan oleh firaun untuk dibunuh. Mereka sudah menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada tuhan dalam membela orang – orang yang berada dalam posisi lemah, yang pada zaman modern ini, kita sebut sebagai peran advokasi. Dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofis yang dianut, keilmuwan, metode kerja, standar pelayanan dan kode etik yang dimilikinya. (Ikatan Bidan Indonesia, 2001).
2.2.2.      Pengertian Bidan
Bidan adalah merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan jumlah praktisi diseluruh dunia (Ikatan Bidan Indonesia, 2001).
Bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan dinegeri itu. Bidan Indonesia adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku. Jika melakukan praktek, yang bersangkutan harus mempunyai kualifikasi agar mendapatkan lisensi untuk praktek(Ikatan Bidan Indonesia, 2001).
2.2.3.      Fungsi Bidan
2.2.3.1.Sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan mempunyai tiga kategori tugas, yaitu :
A.  Tugas Mandiri
1.      Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan :
a.      Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien.
b.      Menentukan diagnosa
c.      Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
d.     Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e.      Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut kegiatan / tindakan.
g.      Membuat catatan dan laporan kegiatan / tindakan.
2.      Memberikan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pra nikah dengan melibatkan klien :
a.    Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pra nikah.
b.   Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan dasar.
c.    Menyusun rencana tindakan / layanan sebagai prioritas dasar bersama klien.
d.   Melaksanakan tindakan / layanan sesuai dengan rencana.
e.    Mengevaluasi hasil tindakan / layanan yang telah diberikan bersama klien.
f.       Membuat rencana tindak lanjut tindakan / layanan bersama klien.
g.      Membuat catatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
3.      Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal :
a.      Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil.
b.      Menentukan diagnosa kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
c.      Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah.
d.     Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e.      Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan bersama klien.
f.       Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan.
4.      Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien / keluarga :
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan.
b.      Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan.
c.      Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah.
d.     Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
e.      Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.
5.    Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir :
a.      Mengkaji status kesehatan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga.
b.      Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
c.      Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah.
d.     Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e.      Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut.
g.      Membuat rencana pencatatan dan pelaporan.
6.      Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien / keluarga :
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
b.      Menentukan diagnosa dan kebutuhan asuhan kebidanan pada nasa nifas.
c.      Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
d.     Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
e.      Mengevaluasi bersama klien asuhan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
7.    Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana :
a.      Mengkaji kebutuhan pelayanan keluarga berencana pada pus/wus.
b.      Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan.
c.      Menyusun rencana pelayanan KB sesuai prioritas masalah bersama klien.
d.     Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
e.      Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan.
8.      Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause :
a.      Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa, prioritas masalah bersama klien.
c.      Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien.
d.     Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana.
e.      Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut bersama klien.
g.      Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan.
9.      Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga :
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan sesuai dengan tumbuh kembang bayi / balita.
b.      Menentukan diagnosa dan prioritas masalah.
c.      Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana.
d.     Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah.
e.      Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.
f.       Membuat rencana tindak lanjut.
g.      Membuat catatan dan laporan asuhan.
Tugas Kolaborasi / Kerjasama
10.  Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien atau keluarga.
a.    Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.   Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
c.    Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
d.   Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien.
e.    Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan.
f.    Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g.   Membuat pencatatan dan pelaporan.
11.  Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
a.    Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus resiko tinggi dan tindakan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi.
b.   Menentukan diagnosa, prognosa, dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan kegawat daruratan pada kasus resiko tinggi.
c.    Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d.   Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.    Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f.    Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien.
g.   Membuat catatan dan laporan.
12.  Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan
keluarga.
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan kegawatan.
c.      Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tingggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d.     Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.      Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama pada ibu hamil dengan resiko tinggi.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien / keluarga.
g.      Membuat catatan dan laporan.
13.  Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga.
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan kegawatan.
c.      Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d.     Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.      Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersamaklien / kelurga.
g.      Membuat catatan dan laporan.
14.  Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga.
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dalam resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan kegawatan.
c.      Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d.     Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.      Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama telah diberikan.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama kien / keluarga.
g.      Membuat catatan dan pelaporan.
15.  Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan faktor resiko dan keadaan kegawatan.
c.      Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.
d.     Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.
e.      Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama telah diberikan.
f.       Menyusun rencana tindak lanjut bersama kien / keluarga.
g.      Membuat catatan dan pelaporan.
Tugas Ketergantungan / Merujuk
16.  Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi keterlibatan klien dan keluarga.
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan di luar lingkup kewenangan bidan dan memerlukan rujukan.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas serta sumber dan fasilitas untuk kebutuhan intervensi lebih lanjut bersama klien / keluarga.
c.      Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas /institusi pelayanan kesehatan yang berwenang dengan dokumentasi yang lengkap.
d.     Membuat pencatatan dan pelaporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.
17.  Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan.
a.      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas.
c.      Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.     Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas / institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.      Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.
18.  Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga.
a.      Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegatan pada ibu dalam persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas.
c.      Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.     Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas /institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.      Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi.
19.  Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawat daruratan dengan melibatkan klien dan keluarga.
a.      Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b.      Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas masalah.
c.      Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.     Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas / institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.      Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi yang sudah diberikan.
20.  Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawat daruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan meibatkan keluarga.
a.      Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada bayi baru lahir yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b.      Memerlukan diagnosa, prognosa, dan prioritas masalah.
c.      Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan dan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan tindakan.
d.     Mengirim klien kepada institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.      Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan.
21.  Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawat yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien / keluarga.
a.      Mengkaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada balita yang memerlukan konsultasi dan rujukan.
b.      Menerima diagnosa dan prioritas.
c.      Memberikan pertolongan pertama pada kasus yang memerlukan rujukan.
d.     Mengirim klien kepada petugas / institusi pelayanan kesehatan yang berwenang.
e.      Membuat catatan dan laporan serta mendokumentasikan.
2.2.3.2. Peran Sebagai Pengelola
1.      Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien.
a.       Bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak untuk meningkatkan dan mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
b.      Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian dengan masyarakat.
c.       Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB sesuai dengan rencana.
d.      Mengkoordinir mengawasi dan membimbing kader, dukun atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB.
e.       Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
f.       Menggerakkan, mengembangkan kemampuan masyarakat dan memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada.
g.      Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktek professional melalui pendidikan, pelatihan, magang dan kegiatan-kegiatan dalam kelompok profesi.
h.      Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
2.      Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.
a.       Bekerja sama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberikan asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut.
b.      Membina hubungan baik dengan dukun kader kesehatan /PLKB dan masyarakat.
c.       Melaksanakan pelatihan, membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain.
d.      Memberikan asuhan kepada klien dari dukun bayi.
e.       Membina kegiatan-kegiatan klien rujukan dukun bayi.
f.       Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan.
2.2.3.3. Peran Sebagai Pendidik
1.      Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu keluarga kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
a.       Bersama klien pengkaji kebutuhan akan pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
b.      Bersama klien pihak terkait menyusun rencana penyuluhan kesehatan maupun jangka panjang.
c.       Menyiapkan alat dan bahan pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
d.      Melaksanakan program/rencana pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang melibatkan unsure-unsur yang terkait termasuk masyarakatnya.
e.       Bersama klien mengevaluasi hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat dan menggunakannya untuk memperbaiki dan meningkatkan program di masa yang akan datang.
f.       Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis.
2. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.
a)      Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa.
b)      Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian.
c)      Menyiapkan alat, AVA dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai dengan rencana yang telah disusun.
d)     Melaksanakan pelatihan dukun dan kader sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait.
e)      Membimbing siswa bidan dan siswa keperawatan dalam lingkup kerjanya.
f)       Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan.
g)      Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan.
h)      Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan bimbingan secara sistematis dan lengkap.
2.2.3.4.Peran Sebagai Peneliti
1.      Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok.
a)      Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
b)      Menyusun rencana kerja pelatihan.
c)      Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.
d)     Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi.
e)      Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut.
f)       Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.
2.2.3.5. Pengertian Bidan Praktek Swasta
Bidan Praktek Swasta adalah suatu program terobosan strategis yang mencakup :
a.       Pembinaan peningkatan kualitas pelayanan bidan dalam lingkup Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi.
b.       Mempunyai standar kualitas, unggul, khusus, bernilai tambah, lengkap, dan memiliki hak paten.
c.        Rekrutmen Bidan praktek swasta ditetapkan dengan kriteria, system, dan proses baku yang harus dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan.
d.       Menganut prinsip pengembangan diri , dan semangat tumbuh bersama melalui dorongan dari diri sendiri, mempertahankan dan meningkatkan kualitas, dapat memuaskan klien beserta keluarganya.
Jaringan yang mencakup seluruh Bidan Praktek Swasta dalam pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Pelayanan berkualitas dalam Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun, ramah-tamah, sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi.
2.3.      Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. (Mochtar, 1998).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.( Sarwono, 2002 ).
2.3.1.      Sebab – Sebab yang menimbulkan persalinan
Ada beberapa teori yang menyebabkan timbulnya persalinan :
a.       Teori penurunan hormon : 1 – 2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehinggga timbul his bila kadar progesteron turun.
b.      Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c.       Teori distensi rahim : rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot – oto rahim, sehingga mengganggu sirkulasi rahim.
d.      Teori iritasi mekanik : di belakang serviks terletak ganglion servikale, bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e.       Induksi partus.
( Mochtar, 1998 )
2.3.2.      Tanda – Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum memasuki persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki bulannya, minggunya atau harinya. Ini memberikan tanda – tanda sebagai berikut :
a.       kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primi gravida.
b.      Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c.       Perasaan sering – sering atau susah kencing.
d.      Perasaan sakit di perut atau dipinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi lemah dari uterus.
e.       Serviks menjadi lembek,mulai mendatar dan sekresinya mulai bertambah bisa bercampur darah.
( Mochtar, 1998 ).
2.3.3.      Tanda-Tanda Inpartu
Tanda-tanda inpartu sebagai berikut :
a.       Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
b.      Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks.
c.      Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d.     Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks, perlunakannnya, pendataran, dan terjadinya pembukaan serviks (Manuaba, 1998).
2.3.4.      Faktor-Faktor Yang Penting Dalam Persalinan Antara Lain :
1.      Power (kekuatan mendorong janin keluar ) terdiri dari :
a.  His ( kontraksi uterus )
Merupakan kontraksi dan relaksasi otot uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke serviks secara tidak sadar.
b.  Kontraksi otot dinding rahim.
c.  Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan.
2.      Passanger meliputi :
a.       Janin
b.      Plasenta
3.    Passage ( jalan lahir ) terdiri dari :
a.    Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum / promontorium, dan os coccygis)
b.    Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah segmen bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat urogenital.
2.3.5. Untuk Melakukan Asuhan Persalinan Normal Dirumuskan 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal Sebagai Berikut (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2003):
1.      Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.
2.      Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3.      Memakai celemek plastik.
4.      Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn sabun & air mengalir.
5.      Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6.      Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
7.      Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8.      Melakukan pemeriksaan dalam - pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah.
9.      Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10.  Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai – pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11.  Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12.  Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13.  Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14.  Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15.  Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16.  Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17.  Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
18.  Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19.  Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk menderingkan janin pada perut ibu.
20.  Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21.  Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22.  Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23.  Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24.  Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin.
25.  Melakukan penilaian selintas :
a.       Apakah bayi menangi kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?
b.      Apakah bayi bergerak aktif ?
26.  Mengeringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi atas perut ibu.
27.  Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28.  Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29.  Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30.  Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31.  Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
32.  Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
33.  Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
34.  Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35.  Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36.  Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37.  Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38.  Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39.  Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
40.  Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
41.  Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42.  Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43.  Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44.  Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45.  Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46.  Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47.  Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
48.  Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49.  Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50.  Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51.  Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52.  Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53.  Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54.  Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum
55.  Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56.  Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57.  Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58.  Melengkapi partograf.
(Mohammad, 2009).

2.6. Gambaran Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Tentang Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal ( APN ) di Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdangtahun 2010.
2.6.1.      Lama Bekerja
Lama bekerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. (Handoko, 1992). Pengalaman adalah guru yang paling baik mengajarkan kita tentang apa yang telah kita lakukan, baik itu pengalaman baik maupun buruk, sehingga kita dapat memetik hasil dari pengalaman tersebut. Semakin lama bekerja semakin banyak pengalaman dan semakin banyak kasus yang ditangani akan membuat seorang bidan akan mahir dan terampilan dalam penyelesaikan pekerjaan. Masa kerja adalah rentang waktu yang telah ditempuh oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugasnya, selama waktu itulah banyak pengalamam dan pelajaran yang dijumpai sehingga sudah mengerti apa keinginan dan harapan ibu hamil kepada seorang bidan (Yuswanto, 2010).




2.6.2. Pelatihan Profesi
Pelatihan profesi adalah suatu kegiatan pendidikan, keahlian, keterampilan yang diikuti untuk memperoleh kemampuan, atau kecakapan terhadap bidang tertentu. Tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas professional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna proesional. (Yuswanto, 2010).
2.6.3.      Tempat Bekerja
Tempat bekerja adalah suatu tempat dimana seseorang melakukan aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaanya. Secara umum bahwa seorang bidan yang hanya bekerja ditempat praktek swasta yang dia memiliki akan berbeda tingkat pengetahuannya dengan bidan bekerja di praktek swasta di puskesmas, rumah sakit, dan tempat – tempat pelayanan kesehatan lainnya (Yuswanto, 2010)..



DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Bidan Indonesia, 2006. 50 tahun Ikatan Bidan Indonesia : Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Mochtar, Rustam. 1988. sinopsis Obstetri Fisiologi, Sinopsis Obstetri Patologi. Jilid 1 Edisi 2. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Cetakan pertama.Jakarta : Rineka Cipta.

Permenkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 900(Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek Bidan). Jakarta : Menkes RI.

Saifuddin, A. B. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Mohammad. 2009. Langkah APN dan Sanggah susur. (http://creasoft. wordpress.com, diakses oleh : Khairani Harahap, 15 Mei 2010, 10:00 Wib).

Yuswanto. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Lama Kerja.(http://akbid-kti.blogspot.com, diakses oleh : Khairani Harahap, 15 Mei 2010, 10:00 Wib).

Post a Comment for "MAKALAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL"