Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MAKALAH PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Data WHO sejak tahun 1970 penyakit campak sudah mendapat perhatian khusus yaitu sejak terjadi wabah campak yang cukup serius. Terjadi 330 kematian diantara 12.107 kasus di Pulau Lombok dan 65 kematian 407 kasus di Pulau Bangka. WHO menganjurkan untuk memberikan imunisasi campak pada bayi berumur 9 bulan karena angka kejadian campak yang masih di negara berkembang (Yuliasti, 2009).
MEDAN-Provinsi Sumatera Utara (Sumut) belum terbebas dari wabah penyakit campak dan polio. Sedang di tingkat nasional, baru tiga daerah saja yang bebas dari kedua penyakit tersebut, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat dan Jogjakarta. “Karena itulah pemerintah pusat melalui Departemen Kesehatan akan mengampanyekan pentingnya imunisasi campak dan polio kepada bayi-bayi di seluruh Indonesia, termasuk di Sumut agar nantinya terbebas dari penyakit tersebut,” ujar kepala Dinas Kesehatan Provsu, Chandra Syafei, tadi malam. Kata Chandra, di tahun 2006 Sumut tidak memiliki sedikitpun kasus penderita campak dan polio. Namun sepanjang tahun 2007-2008, jumlah penderita kedua penyakit itu mencapai 555 orang. Dan tahun ini, hingga Bulan Juli terdapat 164 penderita campak dan poilo (dr. Arini).
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh agar tubuh terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi.
Tujuan dari diberikannya suatu imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan biasa menyababkan kematian pada penderitanya.Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc dan lain sebagainya.
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, karena sering dilaporkan di beberapa daerah. Dari data insidens campak dan angka serokonversi terhadap vaksin campak berdasarkan kelompok umur di negara yang sedang berkembang, pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat mencegah sebagian besar kasus dan kematian.WHO merekomendasikan pemberian imunisasi pada umur 9 bulan untuk program imunisasi rutin di negara berkembang .pada daerah dengan resiko mortalitas bayi berusia kurang dari 9 bulan yang tinggi, seperti di kamp-kamp pengungsi, pada bayi-bayi yang dirawat inap, dan bayi terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Penyakit campak sangat berbahaya bagi penderita gangguan bagi penderita gangguan kekebalan. Vaksin campak mengakibatkan pneumonia pada penderita gangguan sistem imun berat meskipun demikian vaksin campak rerbukti aman, vaksin campak terbukti aman untuk penderita HIV (Human Immunodeficiency Virus). Immonoglobulin atau produk darah yang lain mungkin mengandung antibody terhadap campak yang dapat mengganggu timbulnya respons imun sehingga pemberian vaksinasi campak sebaiknya ditunda 3-11 bulan pasca–pemberian immunoglobulin atau transfuse prodik darah,tergantung jenis preparat yang diberikan (Gold, 2000).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1                  Defenisi imunisasi
Imunisasi berasal dari kata ”imun" yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit. (MT Indiarti, 2007).
Imunisasi merupakan upaya pencegahan yang telah berhasil menurunkan morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak. Agar bidan dapat memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada bayi dan balita, salah satunya adalah memahami hal-hal yang berkaitan dengan imunisasi, termasuk pengertian-pengertian imunisasi berikut ini (Ani Maryunani, 2007)
Imunisasi pada prinsipnya dalam imunologi, bila benda asing masuk ke dalam tubuh, tubuh akan bereaksi membentuk zat anti (Tara, 2005).
2.2 Konsep Dasar Imunisasi
a Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak.
b Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan- seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Matondang CS, dkk, 2005)
c. Imunisasi adalah pemberian imunitas (kekebalan) tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi manusia.
d. Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem perta¬hanan tubuh kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kecepatan untuk menyerang tubuh. Dengan imunisasi, tubuh akan terlindung dari infeksi, begitu pula orang lain karena tidak tertular dari seseorang. Oleh karena itu, imu¬nisasi harus dilakukan untuk semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir, agar pada akhirnya nanti infeksi dapat musnah dari muka bumi.
e. Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, campak, dan melalui mulut seperti vaksin polio.
f. Imunisasi adalah upaya untuk merangsang kekebalan tubuh dari serangan penyakit menular tertentu melalui pemberian vaksin.
g. Istilah imunisasi dan ucksinasi seringkali diartikan sama. Imu¬nisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pem¬berian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh (IGN Ranuh, 2005).
h. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga kelak bila ia terjangkit pada antigen serupa tidak akan terjadi penyakit (Imunisasi di Indonesia, 2001).

2.3 Tujuan Imunisasi
Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain:
a. Tujuan/manfaat imunisasi adalah untuk mencegah teriadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia.
b. Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.
c. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
d. Tujuan atau manfaat imunisasi adalah untuk menurunkan mor¬biditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.
e. Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.
f. Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan meng¬hilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Hidayat, 2007).

Menurut Hidayat (2007) mengemukakan bahwa kekebalan tubuh dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan:
1.      Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian atau racun kuman yang sudah di lemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. contohnya :imunisasi polio atau campak Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan.
2.      Imunisasi pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

2.4 Macam-Macam Imunisasi
Imunitas atau kekebalan, berdasarkan asal-muasalnya dibagi dalam 2 (dua) hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah bila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja.


Maka berdasarkan hal tersebut di atas, maka imunisasi dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu:
2.4.1 Imunisasi Aktif
Menurut Anik Maryunani (2007) mengemukakan bahwa kekebalan tubuh dapat dikelompokkan menjadi 2 golongan
2.4.1.1 Pengertian Imunisasi Aktif:
a.                               Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri. Contohnya : imunisasi polio atau campak.
b.                              Imunisasi aktif adalah zat anti yang dibentuk tubuh itu sendiri dan akan bertahan selama bertahun-tahun.
c.                               Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya set memori, sehingga apabila benar­benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon.
d.                              Imunisasi aktif diberikan untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vaksin terhadap beberapa penyakit infeksi.
2.4.1.2 Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung:
a.         Kuman–kuman mati (misalnya: vaksin cholera-typhoid/ty­phus abdominalis - paratyphus ABC, vaksin pertusis batuk rejan).

b.        Kuman – kuman hidup diperlemah (misalnya: vaksin BCG terhadap tuberkulosis)
c.         Virus –virus hidup diperlemah (misalnya: bibit cacar, vaksin poliomyelitis).
d.        Toxoid (= to'ksin = racun daripada kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid tetanus).
2.4.1.3 Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per oral/ melalui mulut. Terhadap pemberian vaksin tersebut, maka tubuh mem­buat zat-zat anti terhadap penyakit bersangkutan (oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeril saan darah) dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap penyakit tersebut.
2.4.1.4 Pemberian vaksin dengan cara menyuntikkan kuman atau anti­gen murni akan menyebabkan benar-benar menjadi sakit. Oleh karena itu, dibutuhkan dalam bentuk vaksin, yaitu kuman yang telah dilemahkan. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh untuk membentuk antibodi.
2.4.1.5 Untuk itu, dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kan­dungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, antara lain:
a.       Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa poli sakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteri yang dimatikan.
b.      Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
c.       Preservuatif, stabiliser, dan antibiotika yang berguna untuk rnenghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabi­lisasi antigen.
d.      Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
2.4.1.6 Untuk keperluan imunisasi aktif tersedia, antara lain:
a Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin ur,tuk tuberkulosis)
b Vaksin DPT (difteri, pertusis, tetanus)
c Vaksin poliomielitis
d Vaksin campak
e Vaksin typa (types abdominalis)
f Toxoid tetanus, dll
Namun, pemerintah tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi tersebut harus dilakukan semua. Hanya 5 (lima) jenis imunisasi pada anak di bawah 5 (lima) tahun yang harus dilakukan, yaitu:
a BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
b DPT(difteri, pertusis, tetanus)
c Polio
d Campak
e Hepatitis B



2.5.1 Imunisasi Pasif
2.5.1.1 Beberapa Pengertian dari Imunisasi Pasif, adalah sebagai be­rikut:
  1. Imunisasi pasif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntikan bahan atau serum yang mengandung zat anti atau zat anti dari ibunya selama dalam kandungan. Kekebalan yang diperoleh dengan imunisasi pasif tidak bertahan lama.
  2. Imunisasi pasif adalah pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia tau binatang yang di­gunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
  3. Imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat.
  4. Imunisasi pasif adalah pemberian antibodi dengan tujuan untuk memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi. Transfer imun yang dibentuk bersifat sementara selama antribodi masih aktif. Transfer imun juga dapat terjadi pada bayi baru lahir, misalnya imunoglobulin G yang disalurkan dari ibu ke bayi secara transplasental.
2.5.1.2 Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu:
  1. Imunisasi Pasif Bawaan:
Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan. Misalnya terdapat pada neonatus (bayi baru lahir) sampai bayi berumur 5 (lima) bulan. Neonates mendapatkan imunitas tersebut dari ibu sewaktu dalam kandungan, yaitu berupa zat anti (antibodi) yang melalui jalan darah menembus plasenta. Zat anti tersebut beruba globulin gama yang mengandung imunitas, seperti yang juga dimiliki oleh ibu. Namun, zat anti tersebut lambat laun akan menghilang/lenyap dari tubuh -bayi. Dengan demikian, sampai umur 5 bulan, bayi dapat terhindar dari beberapa penyakit infeksi, seperti campak, difteri, dan lain-lain.
b.      Imunisasi Pasif Didapat:
Imunisasi pasif didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh, misalnya dengan suntik bahan atau serum yang mengandung zat anti. Zat anti ini didapat oleh anak dari luar dan hanya berlangsung pendek, yaitu 2-3 minggu karena zat anti seperti ini akan dikeluarkan kembali dari tubuh anak. Misalnya pemberian serum anti tetanus terhadap penyakit tetanus. Dengan mendapat luka terutama yang dalam dan kotor, atau karena jatuh di tanah atau tertusuk oleh bambu atau paku yang berkarat yang sudah lama berada di tanah, dan sebagainya. Maka untuk mencegah terjadinya tetanus, dapat diberikan profilaksis dengan serum anti-tetanus. Serum anti-tetanus ini biasanya dibuat dari darah seekor kuda yang lebih dulu diimunisasi terhadap tetanus dan oleh karena itu mengandung zat-zat anti terhadap tetanus. Dengan penyuntikan serum anti-tetanus, maka anak me­nerima zat-zat anti secara pasif untuk menghadapi penyakit tetanus. Tubuhnya tidak membuat zat-zat anti tersebut seperti dalam hal penyuntikan toxoid tetanus.

2.6      Campak
Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan memberi vaksin campak pada anak yang bertujuan memberi kekebalan dari penyakit campak (Anik Maryunani, 2007).
2.6.1 Pengertian
a Imunisasi campak adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.
b Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). (Kandungan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan).
c Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun sering bertambahnya usia, antibody dari ibunya semakin menurun sehingga tubuh antibody tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Namun, untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi.
2.6.2 Pemberian Imunisasi
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali

2.6.3 Usia Pemberian Imunisasi
Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
2.6.4 Cara Pemberian Imunisasi
Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui subkutan.
2.6.5 Efek Samping Imunisasi
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan/bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke-7-8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan
2.6.6        Penyebab
Campak, rubeola, atau measles adalah penyakit infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus (virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air bone disease). Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
.


2.6.7Kontra-Indikasi Imunisasi
a.       Kontra-indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak
b.      Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam.
c.       Dengan penyakit gangguan kekebalan.
d.      Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan
e.       Dengan kekurangan gizi berat.
f.       Dengan penyakit keganasan.
g.      Dengan kerentanan tinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik).

2.7      Manfaat Imunisasi Campak
Menambah kekebalan yang dihasilakan oleh vaksin campak akan berlangsung seumur hidup, sama dengan kekebalan yang diperoleh secara alamiah yaitu setelah terkena penyakit campak. Vaksin campak ini merupakan virus campak yang sudah dilemahkan.

2.8      Dampak Tidak Diberikan Imunisasi Campak
Bisa menimbulkan campak itu sendiri namun kasus ini jarang terjadi sama halnya dengan jarangnya ditemukan komplikasi kejang ringan, radang otak, radang paru dan radang saluran kemih.



2.9      Faktor Yang Melatar Belakangi
2.9.1 Umur
Umur adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang dalam berfikir logis (Bejo, 2010).
Pada penelitian umur sangat erat hubungannya dengan pengetahuan dengan pengetahuan seseorang, karena dengan semakin bertambahnya umur seseorang, maka semakin banyak pula pengetahuannya (Notoatmojdo, 2003).

2.9.2. Pendidikan
Menurut Koencoroningrat (1997) bahwa pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan khualitas hidup. Oleh sebab itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhapap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Bejo, 2010).






2.9.3        Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang terjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan (Arief, 2004).
Sumber informasi di bagi dua yaitu:
a.       Sumber informasi internal yaitu informasi yang diperoleh dari teman, tetangga dan orang lain
b.      Sumber informasi eksternal yaitu informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan, media massa (media cetak dan media elektronik)
c.       Media massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada jumlah khalayak ramai yang tersebar secara heteron yang disebarkan melalui media cetak dan elektronik sebagai pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Adapun bentuk secara garis besar ada dua jenis yaitu:
  1. Media cetak (surat kabar, majalah,buku,dan tabloid)
  2. Media elektronik (TV, radio, Internet)


DAFTAR PUSTAKA


Alimul, A.Aziz. 2007. Hidayat ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medica.

Arini .2008 .imunisasi Campak
http:// vinadanvana.wordpress.com/2008/05/29/imunisasi-campak/

Eka Yuliasti. 2009. Buku Saku Penuntut Imunisasi Dasar. Yogyakarta: Fitramaya.


Gold, 2000. Kesehatan Ibu Dan Anak. Yogyakarta : Fitramaya.

Hidayat, A.Aziz Alimul 2007. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Indiarti MT. 2007. Merawat, Membesarkan, Dan Mencerdaskan Bayi. Yogyakarta :

Maryunani ,Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Notoatmodjo 2007. Kesehatan Masyarakat. Jakarta :Rineka Cipta.

Sunartyo, Nano: Panduan Merawat Bayi Dan Balita. Yogyakarta :Diva Press

Sukarmin, Sujono Riyadi. Asuhan Keperawatan :Jakarta : Graha Ilmu.

Wahab, Prof. Dr. dr. A. Samik. 2002, SPA. Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun .Jakarta : Widya Medika.

Post a Comment for "MAKALAH PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK"