Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

ABORTUS INKOMPLITUS

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui salah satu penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan berupa komplikasi yang disebabkan oleh abortus, namun demikian kematian ibu yang disebabkan komplikasi abortus sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan sehingga data otentik sulit diperoleh.
(http://www.Pikiranrakyat.com/cetak 11/03/27)
The world health organization / WHO (2009) menyebutkan bahwa pada setiap hari terdapat 1500 perempuan meninggal karena komplikasi persalinan.
(http://www.himapid blogspot.com./2009/03/kematian maternal.html)
Masalah kesehatan di Indonesia salah satunya adalah masih tingginya angka kematian ibu (AKI). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2009 jumlah angka kematian ibu sebanyak 307 per 100.000 KH. Tahun 2009 masih lebih tinggi di bandingkan tahun 2008 yang sebanyak 248 per 100.000 KH ibu meninggal akibat masalah kehamilan dan persalinan, bahkan separuh jumlah kematian ibu terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan. Sebagian besar kematian ibu di sebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklampsia.
(http://www.noeytamalanrevolute.blogspot.com/2009/12/kematian- maternal.html)
Di tahun 2008 di Sulawesi Selatan jumlah kematian ibu sebanyak 165 orang dan pada tahun 2009 menurun menjadi 118 orang atau 78,84/100.000 KH. penyebabnya terdiri dari perdarahan (53%), preklampsia / eklampsia (15 %) , Infeksi (8%) dan lain-lain (24%), kematian tersebut merupakan akibat langsung dari komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas. ( DEPKES RI,2010 )


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tentang Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
a. Kehamilan adalah suatu proses pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim yang dimulai dari ovulasi sampai partus, kira-kira 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan di bagi menjadi 3 bagian; masing-masing:
1). Kehamilan triulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu);
2). Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu);
3). Kehamilan triwulan ketiga (antara 28 sampai 40 minggu).
(Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG).
b. Kehamilan adalah suatu proses yang dimulai dari ovulasi sampai persalinan aterm sekitar 280 hari
Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan yaitu :
1). Triwulan pertama antara 0-12 minggu
2). Triwulan kedua antara 12-28 minggu
3). Triwulan ketiga antara 28-40 minggu.
(Manuaba, I. B. G, 1998, Hal 125)
c. kehamilan adalah suatu poses yang alamiah dan fisiologis setiap wanita yang memiliki system reproduksi sehat, yang telah mengalami menstrulasi, dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat.
(Dra. G.A. Mandriwati, 2007, M.Kes, Hal 3).

2. Tanda dan gejala kehamilan (Manuaba,1998,Hal 125) yaitu:
a. Tanda-tanda dugaan hamil:
1) Amenorhoe
• Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pertumbuhan folikel de Graaf dan ovulasi.
• nMengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan.
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
• Pengaruh estrogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
• Menimbulkan mual muntah terutama pagi hari yang disebutka morning sickness.
• Dalam batas yang fisiologik keadaan ini dapat diatasi.
• Akibat mual dan muntah nafsu makan berkurang.
3) Ngidam
• Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam.
4) Sinkope atau pingsan.
• Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala(sentral) iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan.
• Keadaan ini menghilan setelah usia kehamilan 16 minggu.
5) Payudara tegang
• Pengaruh estrogen, progesterone dan somatomamotropin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
• Payudara membesar dan tegang.
• Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada sakit pertama.
6) Sering miksi.
• Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.
• Pada rtiwulan kedua sudah menghilang.
7) Konstipasi atau obstipasi.
• Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltic usus menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
8) Pigmentasi kulit.
• Sekitar pipi: Cloasma gravidarum
- Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi pada kulit
• Dinding perut.
- Sriae livide
- Striae nigra
- Linea alba makin hitam
• Sekitar payudara.
- Hiperpigmentasi areola mammae
- Putingsusu menonjol
- Kelenjar Montgemery menonjol
- Pembuluh darah manifs sekitar payudara.
9) Epulis
• Hipertropi gusi disebut epulis dapatvterjadi bila hamil.
10) Varices atau penampakan pembuluh darah vena
• Karena pengaruh dari estrogen dan progesterone terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat
• Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis serta payudara.
• Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan.

  1. Tanda-tanda tidak pasti hamil
1) Tanda-tanda dari Hegar
Tanda ini berdasarkan adanya uterus segmen bawah yang lebih lunak daripada bagian yang lain dan embrio belum mengisi seluruh ruangan uterus, tetapi biasanya bertempat diatas dekat dengan fundus uteri. Jadi uterus masih kosong. Tanda ini dapat ditemukan dengan pemeriksaan bimanual, ialah dengan dua tangan, satu tangan dengan 2 jari masuk menuju fornikxanterior dari vagina, dan tangan yang lain diletakkan diatas perut kira-kira didaerah uterus diatas sympisis. Apabila jari tangan didalam dapat merasakan dengan tangan yang ada diluar dan begitu pula dengan tangan yang di luar dapat merasakan jari tangan yang ada didalam, maka tanda Hegar itu adalah positif. Jadi kemungkinan sekali wanita itu hamil.
2) Tanda-tanda dari piscaseck
Tanda ini berdasarkan adanya tempat yang kosong pada rongga uterus karena embrio biasanya terletak disebelah atas. Oleh karena itu pada pemeriksaan bimanual terasa benjolan yang asimetris.
3) Tanda-tanda dari Braxton Hicks
Tanda-tanda ini berdasarkan adanya kontraksi-kontraksi dan relaksasi pada otot-otot uterus yang sedang membesar. Hal ini terjadi sejak minggu-minggu pertama dalam kehamilan, biasanya tidak mengakibatkan rasa sakit, karenanya tidak pernah dirasakan oleh ibu. Tanda ini dapat dirasakan waktu mengadakan pemeriksaan bimanual.
4) Tanda-tanda dari Chadwicks
Tanda Chadwick ini berdasarkan adanya kongesti setempat ialah pada uterus karena uterus sangat banyak membutuhkan darah. Pada pemeriksaan dalam dapat dilihat adanya perubahan warna pada serviks dan vagina menjadi kebiru-biruan.
5) Reaksi dari Ascheim-Zondek
Reaksi berdasarkan adanya progesteron yang berlebihan yang dikeluarkan kedalam air kemih disebut pregnandiol. Tiap-tiap orang hamil air kemihnya mengandung pregnandiol.

C.    Tanda-tanda pasti
1) Terdengarnya detak jantung anak. Ini menjadi tanda pasti karena dengan adanya detak jantung, pasti ada individu lain dalam tubuh ibu, dan individu itu hidup. Terdengarnya detak jantung anak ini biasanya mulai kehamilan 18 minggu sampai 20 minggu.
2) Teraba bagian-bagian anak. Ini didapatkan waktu mengadakan palpasi, perabaan ini mulai kehamilan 20 minggu. Bagian-bagian anak yang dapat diraba itu ialah : kepala anak, pantat, punggung dan bagian-bagian kecil ialah kaki dan tangan.
3) Pergerakan anak, ini terdapat pada kehamilan antara 18-20 minggu. Pergerakan anak ini dapat dirasakan oleh ibu sendiri, waktu mengadakan palpasi, atau waktu mendengar detik jantung anak. Bila kehamilan sudah besar pergerakan itu dapat dilihat dari luar.
4) Pemeriksaan roentgen. Dalam pemeriksaan roentgen akan terlihat kerangka anak. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setelah kehamilan 16 minggu.


3. Perubahan Fisiologi yang terjadi pada wanita hamil (Wiknjosastro, H, 2007, Hal 89-98)
a. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus; disamping serabut-serabut kalogen yang adapun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah alpokat, agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat. Selanjutnya, pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur.
Tafsiran pembesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
1). Uterus pada wanita tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam
2). Kehamilan 8 minggu, sebesar telur bebek
3). Kehamilan 12 minggu, sebesar telur angsa, TFU tiga jari diatas simfisis.
4). Kehamilan 16 minggu, sebesar kepala bayi atau sebesar tinju orang dewasa. TFU pertengahan simfisis dengan pusat.
5). Kehamilan 20 minggu, tiga jari bawah pusat
6). Kehamilan 24 minggu, TFU berada tepat dipinggir atas pusat
7). Kehamilan 28 minggu, TFU terletak kira-kira 3 jari diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke prosessus xipodeus
8). Kehamilan 32 minggu, TFU terletak di antara setengah jarak pusat dan prosessus xipodeus.
9). Kehamilan 36 minggu, TFU terletak kira-kira 1 jari di bawah prosessus xipodeus.
10). Kehamilan 40 minggu, TFU kira-kira 3 jari di bawah prosessus xipodeus.
b. Seviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrongen .Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot ,maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat,hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolangen. Akibat kadar ekstrogen meningkat, dan dengan adanya hypervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak.
c. Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula. Adanya hypervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda Chadwick. Warna porsiopun tampak levide. Pembuluh-pembuluh darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genitalia tersebut meningkat.
d. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Seperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron. Lambat laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
e. Mamma
Mamma akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin, estrogen dan progesteron akan tetapi belum mengeluarkan air susu.
Estrogen menimbulkan hypertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus pada mamma. Somatomammotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktabumin dan laktoglobulin. Dengan demikian, mamma dipersiapkan untuk laktasi. Disamping ini dibawah pengaruh progesteron dan somatomammotrofin, terbentuk lemak disekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar.
Papilla mamma akan membesar, lebih tegak, tampak lebih hitam, seperti seluruh aerola mamma karena hyperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan aerola mamma. Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan berwana putih agak jernih, disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Sesudah partus, kolostrum ini agak kental dan warnanya agak kuning. Postpartum dengan dilahirkannya plasenta pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomammotropin terhadap hipotalamus hilang, sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan laktasi terjadi.
f. Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang besar pula, mamma dan alat lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan. Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologi dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25 %, dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang meninggi sebanyak kira-kira 30%. Akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.
g. Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai konpensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% (Manuaba, I. B. G. 1998. Hal 109).
h. Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering kencing. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Terjadinya hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan air senipun akan bertambah,. Filtrasi pada glomerolus bertambah sekitar 69%-70%. Pada kehamilan ureter membesar untuk dapat menampung banyaknya pembentukan urin, terutama pada kateter kanan karena peristaltic ureter terhambat karena pengaruh progesteron, tekanan rahim yang membesar dan terjadi perputaran kekanan, dan terdapat kolon dan sigmoid disebelah kiri yang menyebabkan perputaran rahim kekanan. Tekanan rahim pada ureter kanan dapat menyebabkan infeksi pielonefritis (Manuaba, I. B. G. 1998. Hal 110).
i. Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hyperpigmentasi alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh Melanophore stimulatin hormon (MSH) yang meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, dan hidung dikenal sebagai kloasma gravidarum.
Di daerah leher sering terdapat hyperpigmentasi yang sama, juga didaerah aerolamamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal linea grisea. Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak hiperemik dan kebiru-biruan, disebut striae livide. Setelah partus, striae livide ini berubah warnanya menjadi putih dan disebut striae albicantes. Pada seorang multigravida sering tampak striae levide bersama dengan striae albicantes.
j. Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI. Adapun perubahan lain pada metabolisme adalah :
1) Metabolisme basal naik 15-20% terutama pada trimester ketiga
2) Kesinambungan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq perliter menjadi 145 mEq perliter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
3) Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gram /kg berat badan atau sebutir telur ayam.
4) Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein
5) Kebutuhan mineral untuk ibu hamil :
a) Kalsium 1,5 gram setiap hari, 30-40 gram untuk pembentukan tulang janin
b) Fosfor rata-rata 2 gram dalam sehari
c) Zat besi 800 mg atau 30-50 mg perhari
d) Air, ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air
e) Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5-16,5 kg selama hamil.
k. Endokrinologi Kehamilan (Wiknjosastro, H, 2007, Hal 95-96)
Dari segi endokrinologi, maka kehamilan dibagi menjadi tiga masa, yaitu :
1) Kehamilan muda
Masa ini di tandai oleh pembentukan hCG dari sel-sel trofoblas dan perubahan korpus luteum menjadi korpus luteum graviditatis. Korpus luteum graviditatis memproduksi estrogen dan progesterone.
2) Kehamilan petengahan triulan pertama
Pada masa ini produksi hCG yang semula meningkat mulai menurun. Estrogen dan progesterone tidak dihasilkan lagi oleh korpus luteum graviditatis, melainkan oleh plasenta.
3) Kehamilan triulan kedua dan ketiga
Pada masa ini plasenta menghasilkan hormone steroid seks dalam jumlah yang sangat besar. Selain itu terjadi pula peningkatan sekresi hormone PRL dari hipofisis anterior. Plasenta juga membentuk human chorionic somammotropin (hCS), human plasenta lactogen (hPL), atau human chorionic thyrotropin (hCt).
Pembentukan hCG meningkat pada awal kehamilan dan mencapai puncaknya pada hari ke 50 hingga hari ke 80 kehamilan.
B. Konsep Dasar Abortus
1. Pengertian Abortus
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil dilaporkan dapat hidup diluar kandungan memiliki berat badan lahir 297 gram tetapi jarangnya janin yang di lahirkan dengan berat badan dibawah 500 gram dapat hidup terus, maka abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu (Winkjosastro. H, 2007, Hal 302).
Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi abortus menurut beberapa pendapat antara lain:
a. Abortus
Abortus merupakan kehamilan yang berakhir sebelum periode viabilitas janin, yaitu yang berakhir sebelum berat janin 500 gram. Bila berat badan tidak diketahui, maka perkiraan lama kehamilan kurang dari 20 minggu lengkap (139 hari), dihitung dari hari pertama haid terakhir normal yang dapat dipakai.(Kegawatdaruratan Obstetric Dan Ginekologi, Ben-Zion Taber, M.D: 1994, hal 56).
b. Abortus
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas, karena devinisi viabilitas berbeda-beda diberbagai Negara , WHO merekomendasikan bahwa janin viable apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.(Dasar-Dasar Obsteri Dan Ginekologi, Jones :2001, hal 96).
c. Abortus
Abortus adalah meninggalnya jann sebelum usia kehamilan ke-24.(kehamilan dan melahirkan, Mary Nolan: 2003, hal 16).
d. Abortus
1) Abortus merupakan berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan (Saifuddin., A. B, dalam buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2006).
2) Menurut Wong & Ferry (1998), abortus adalah terminasi dari kehamilan sebelum viabilitas fetus tercapai (20-40 minggu) dengan berat fetus 500 gram.
(Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kehanmilan, Maryunani, Anik : 2009, hal 14-15).
e. Abortus
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum mampu hidup di luar rahim (belum viable);dengan criteria usia kehamilan <20 minggu atau berat janin <500 gram.(Obstetric dan Ginekologi, dr. Crisdiono M. Achadiat, SpOG, 2004, hal 26).
Dari beberapa defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan umur kehamilan < 20 minggu atau berat badan < 500 gram.

2. Klasifikasi Abortus (Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kehanmilan, Maryunani, Anik : 2009, hal 14-15).
Menurut terjadinya abortus dibedakan menjadi :
a. Abortus spontan
Adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut
b. Abortus provokatus
Adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan. Biasanya karena kehamilan yang tidak diinginkan.
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan abortus dibagi atas :
a. Abortus imminiens, merupakan abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan janin lahir masih baik di dalam uterus.
b. Abortus insipiens, merupakan abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam uterus.
c. Abortus inkomplit, merupakan abortus dimana sebagian hasil konsepsi masih ada yang tertinggal.
d. Abortus komplit, merupakan seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus pada kehamilan <20 minggu.
e. Missed abortion, abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus yang telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih ada dalam kondungan.
f. Abortus infeksius dan abortus septic
Abortus infeksius adalah abortus yangdisertai dengan infeksi genital.
Abortus septic, keadaan lebih parah.
g. Abortus habitualis, abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih.

3. Etiologi Abortus (Wiknjosastro. H, 2007, Hal 303)
Penyebab keguguran sebagian besar tidak di ketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa sebab antara lain :
a. Faktor pertumbuhan hasil konsepsi
Ini dapat menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.
Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom
Gangguan yang terjadi sejak semula pertemuan kromosom terutama ditemukan pada trisomi autosom.
2) Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima hasil konsepsi terganggu.
b) Gizi ibu kurang
3) Pengaruh dari luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap untuk menerima hasil konsepsi.
b) Hasil konsepsi dipengaruhi oleh radiasi dan obat menyebabkan pertumbuhan janin terganggu.
b. Kelainan placenta
1) Infeksi pada placenta dengan berbagai sebab, sehingga placenta tidak dapat berfungsi.
2) Gangguan pembuluh darah placenta, diantaranya diabetes mellitus.
3) Hipertensi menyebabkan gangguan perdarahan darah placenta sehingga menimbulkan keguguran.
c. Penyakit ibu
Penyakit secara langsung mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan melalui placenta yaitu penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, syphilis. Toxin, bakteri, virus, atau plasmodium sehinggga menyebabkan kematian janin dan terjadi abortus.
d. Kelainan traktur genitalis
Retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus.

4. Patofisiologi Abortus (Wiknjosastro. H, 2007, Hal 303-304)
Gejala awal yang di timbulkan terjadinya perdarahan dalam desidua basalis yang diikuti oleh nekrosis jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga bagian yang terlepas ini merupakan benda asing dalam uterus. Ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut, oleh karena adanya kontraksi uterus maka akan memberi gejala umum berupa nyeri perut karena kontraksi disertai perdarahan dan pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi.
14 minggu yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua lebih dalam. Pada kehamilan antara 8 – 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
Berbagai bentuk hasil konsepsi yang dapat dikeluarkan yaitu :
a. Blighted ovum :
Bila kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas
b. Missed abortion
Bila janin telah mati lama.
c. Mola kruenta :
Bila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah.
d. Mola karnosa :
Bila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging.
e. Mola tuberose :
Amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi Hematoma antara amnion dan korion.
f. Fetus kompressus :
Bila janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses Mumifikasi, janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh sebab diserap janin menjadi agak gepeng.
g. Fetus papiraseus :
Bila janin menjadi tipis seperti kertas perkamen.

5. Komplikasi Abortus (Wiknjosastro. H, 2007, Hal 311-312)
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
a. Perdarahan
Diatasi dengan pengosongan uterus dan sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian yang disebabkan oleh perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika peristiwa ini terjadi penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk peforasi, penjahitan luka operasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan lebih luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan.
c. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan abortus inkomplit dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh terjadilah peritonitis umum atau sepsis dengan kemungkinan diikuti syok.
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

6. Diagnosis Abortus (Wiknjosastro, H, 2007, Hal 304)
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, rasa mules, kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dengan tes kehamilan secara biologis atau imunologik. Harus diperhatikan macam dan banyaknya perdarahan, pembukaan serviks dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
Abortus inkomplit diduga bila pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.

7. Gejala Abortus Inkomplit dan Penanganannya (Maryunani, Anik, 2009, hal 23)
a. Tanda dan gejala abortus inkomplit sebagai berikut:
• perdarahan bias sedikit bias banyak dan bis terdapat bekuan darah .
• rasa mules(kontraks)i tanbah hebat.
• Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
• Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
• Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok.
b. Penanganan umum
a) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
b) Periksa tanda-tanda syok (pucat dan berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg, nadi lebih 112 x/ menit).
c) Jika dicurigai terjadi syok, segera mulai penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat.
d) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih besar), berikan larutan garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat (500 ml dalam 2 jam pertama).
c. Penanganan abortus incomplit .
a) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan sepsis).
b) Bila perdarahan tidak banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
c) Bila perdarahan berhenti beri ergometrin 0,2 mg / IM atau Misoprostol 400 gram/oral.
d) Bila perdarahan banyak dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu evakuasi sisa hasil konsepsi dengan :
e) Aspirasi vakum manual (AVM)
Merupakan metode evakuasi yang dipilih. Jika aspirasi vakum tidak tersedia evakuasi dilakukan dengan kuret tajam.
f) Bila evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg/IM (diulangi setiap menit jika perlu) atau misorostol 400 gram/oral (dapat diulangi setelah 4 jam atau jika perlu)
g) Kehamilan lebih dan 16 minggu :
(1) Infus oksitoksin 20 unit dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik/Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
(2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg/vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mg)
(3) Evakuasi sisa konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
h) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
i) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8 jam.
j) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
8. Prosedur Kerja
a Pengeluaran sisa jaringan secara digital
Tindakan ini dilakukan untuk menolong penderita di tempat-tempat yang tidak ada fasilitas kuretase, sekurang-kurangnya untuk menghentikan pendarahan. Hal ini sering dilakukan pada keguguran yang sedang berlangsung (abortus insipiens) dan abortus inkompletus.
Pembersihan secara digital hanya dapat dilakukan bila telah ada pembukaan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu jari longgar dan vacum uteri cukup luas. Karena manipulasi ini, akan menimbulkan rasa nyeri maka sebaiknya dilakukan dalam narkosa umum intravena (katalar) atau anastesi blok pars servikal.
Caranya adalah dengan dua tangan (bimanual); jari telunjuk dengan jari tengah tangan kanan dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk mengeluarkan hasil konsepsi, sedangkan tangan kiri menekan korpus uteri sebagai fiksasi. Dengan kedua jari tangan kikislah hasil konsepsi sebanyak mungkin atau sebersihnya.

b. Pengeluaran sisa jaringan dengan kuretase atau kerokan (Saifuddin. A.B., 2001, Hal 441).
Prosedur kerja kuretase adalah suatu rangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding cavum uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret). Sendok kuret akan melepas jaringan tersebut dengan tehnik pengerokan secara sistematis.
1) Prosedur kerja kuretase terdiri atas :
a) Persetujuan tindakan medik (informat counsent)
b) Persiapan pasien :
(1) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi
(2) Cairan dan slang infus sudah terpasang, perut bagian bawah dan lipatan paha sudah dibersihkan dengan air dan sabun.
(3) Uji fungsi kelengkapan peralatan resusitasi kardiopulmoner
(4) Siapkan kain alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah
(5) Medikamentosa :
(a) Analgetika (pethidin 1-2 mg/kg BB, ketamin HCL 0,5 mg/kg BB, tramadol 1-2 mg/kg BB).
(b) Sedativa (diazepam 10 mg)
(c) Atropiny sulfas 0,25 – 0,50 mg/ml
(d) Oksitoksin 1 amp dan ergometrin 1 amp
(6) Larutan bethadine
(7) Oksigen dengan regulator
(8) Instrument :
(a) Speculum sims 2 buah
(b) Cunam tampong 1 buah
(c) Cunam peluru atau tenakulum 1 buah
(d) Sonde uterus 1 buah
(e) Dilatator 1 set
(f) Kuret tajam 1 buah dan kuret tumpul 1 buah
(g) Klem ovum (penster) 1 buah lurus dan lengkung 1 buah
(h) Sendok kuret 1 set
(i) Kateter karet 1 buah
(j) Spoit 3 cc sekali pakai 2 buah
(k) Kain kasa dan kapas steril
(l) Doek steril 2 buah
(m) Mangkok logam 2 buah
(n) Ember penampung darah dan jaringan 1 buah
(o) Ember yang berisikan larutan klorin 0,5 %
(p) Lampu sorot 1 buah
c) Penolong (operator dan asisten)
(1) Baju kamar tindakan, apron, masker dan kacamata pelindung.
(2) Sarung tangan DTT/steril 2 pasang
(3) Alas kaki (sepatu/bot karet) 2 pasang

2) Tindakan :
a) Instruksikan asisten untuk memberikan sedatif dan analgetik (dokter Obgyn)
b) Lakukan kateterisasi kandung kemih
c) Lakukan pemeriksaan bimanual ulangan untuk menentukan serviks, besar, arah dan konsistensi uterus.
d) Bersihkan lakukan dekontaminasi sarung tangan dengan larutan klorin 0,5 %.
e) Pakai sarung tagan DTT / steril yang baru
f) Satu tangan masukkan speculum sim’s / L secara vertikal kedalam vagina setelah itu putar kebawah sehingga posisi bilah menjadi transversal.
g) Minta asisten untuk menahan spekulum bawah pada posisinya.
h) Dengan sedikit menarik spekulum bawah hingga (lumen vagina tampak jelas) masukkan bilah speculum secara vertikal kemudian putar dan tarik keatas hingga jelas terlihat serviks.
i) Minta asisten untuk memegang spekulum atas pada posisinya.
j) Bersihkan jaringan dan darah dalam vagina (dengan kapas antiseptik yang dijepit dengan cunam tampon). Tentukan bagian serviks yang akan dijepit (jam 11.00 dan 13.00).
k) Jepit serviks dengan tenakulum pada tempat yang telah ditentukan.
l) Setelah penjepitan terpasang dengan baik, keluarkan spekulum atas.
m) Lakukan pemeriksaan kedalaman dan lengkung uterus dengan sonde uterus. Pegang gagang tenakulum, masukkan klem ovum yang sesuai dengan pembukaan serviks hingga mengentuh fundus.
n) Pegang gagang sendok kuret dengan ibu jari dan telunjuk, masukkan ujung sendok kuret melalui kanalis servikalis kedalam uterus hingga menyentuh fundus uteri.
o) Lakukan kerokan dinding uterus secara sistematis dan searah jarum jam hingga bersih.
p) Keluarkan semua jaringan dan bersihkan darah yang menggenangi lumen vagina bagian belakang.
q) Lepaskan jepitan tenakulum pada serviks.
r) Lepaskan spekulum bagian bawah.
s) Kumpulkan jaringan untuk dikirim ke laboratorium patologi
t) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan.
3) Pasca tindakan :
(a) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan apabila terjadi kelainan/komplikasi.
(b) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan (dokter) didalam kolom yang tersedia.
(c) Lanjutkan pengobatan dan pemantapan kondisi pasien.


C. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan (Simatupang, E.J, 2006,Hal 7).
1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keteramilan dalam rangkaian logis.
2. Tahapan Manajemen Asuhan Kebidanan (Varney, 1997, Hal 25-27)
Proses manajemen kebidanan terdiri dari 7 langkah asuhan kebidanan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.
Tahapan dalam proses manajemen asuhan kebidanan ada tujuh langkah yaitu :
a. Pengkajian dan Analisa Data Dasar
Pengumpulan data dasar yang lengkap untuk menilai keadaan klien. Data ini termasuk data dasar adalah riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik, dan catatan riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang, pemeriksaan laboratorium. Semua data tersebut diatas harus memberikan informasi saling berhubungan dari semua sumber dan menggambarkan kondisi ibu yang sebenarnya.
b. Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual
Menginterpretasikan data secara spesifik mengenai diagnosa dan masalah. Kata diagnosa dan masalah selalu digunakan keduanya namun mempunyai pengertian yang berbeda. Masalah lebih sering berhubungan dengan apa yang dialami oleh seseorang menguraikan suatu kenyataan yang ia rasakan sebagai suatu masalah sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan dengan berfokus pada apa yang dikemukakan oleh ibu secara individual.
c. Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial
Pada tahap ini, mengantisipasi masalah potensial yang mungkin terjadi atau yang akan dialami oleh ibu bila tidak mendapat penanganan yang dilakukan melalui pengamatan cermat, observasi secara akurat dan persiapan untuk segala sesuatu yang dapat terjadi.
d. Tindakan Segera dan kolaborasi
Menggambarkan sifat proses kebidanan secara terus menerus tidak hanya dalam pemberian pelayanan dasar tetapi bidan dapat melakukan tindakan emergency sesuai kewenangannya, kolaborasi maupun konsultasi untuk menyelematkan ibu atau janinnya. Bidan mengevaluasi setiap keadaan ibu untuk menentukan tindakan selanjutnya.
e. Rencana Asuhan Kebidanan
Pengembangan suatu rencanan tindakan komprehensif yang ditentukan pada langkah sebelumnya, juga antisipasi diagnosa dan masalah yang didasari atas rasional tindakan yang relevan yang diakui kebenarannya, sesuai dengan kondisi dan situasi yang seharusnya dikerjakan atau tidak oleh bidan. Agar efektifnya rencana harus ada persetujuan oleh bidan dan klien, oleh sebab itu sebelumnya harus terlebih dahulu didiskusikan dengan klien.
f. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan
Pelaksanaan rencana asuhan kebidanan (implementasi) kebidanan dilaksanakan oleh bidan dan sebagian dilaksanakan oleh ibu sendiri, bidan dan anggota tim kesehatan lainnya berdasarkan rencana yang ditetapkan.
g. Evaluasi Asuhan Kebidanan
Langkah akhir kebidanan adalah evaluasi, namun sebenarnya evaluasi ini dilakukan pada setiap langkah kebidanan. Pada tahap evaluasi, bidan harus mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien.
3. pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP) menurut Simatupang, E. J, 2006, Hal 60-61.
a. Data Subjektif
Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata, mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung pada pasien atau keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
b. Data Objektif
Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium.
c. Assesment / diagnosa
Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah yang mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan pasien ibu
d. Planning / perencanaan
Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan maslaah pasien/klien.

7 langkah menurut Varney (1997) 5 langkah menurut Kompetensi Bidan (2000) SOAP
Langkah 1 :
Pengumpulan data Langkah 1 :
Pengumpulan data
Data Subyektif
Data Obyektif
Langkah 2 :
Diagnosis/masalah Langkah 2 :
Assessment/diagnosis
Assessment/Diagnosis
Langkah 3 :
Antisipasi diagnosis masalah potensial
Langkah 4 :
Pertimbangan perlunya konsultasi/rujukan
Langkah 3 :
Rencana tindakan
1. Konsultasi/rujuk
2. Pemeriksaan diagnostic/ laboratorium
3. Pemberian pengobatan
4. Pendidikan kesehatan dan konseling kesehatan
5. Follow up pemeriksaan
Langkah 5 :
Rencana tindakan
Langkah 6 :
Implementasi Langkah 4 :
Implementasi
Langkah 7 :
Evaluasi Langkah 5 :
Evaluasi

Sumber : (Pusdiknakes, 2000, Hal 15).
Standar Nomeklatur Diagnose Kebidanan
1. Diakui dan disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki cirri khas kebidanan
4. Didukung oleh pihak Juggement lingkup praktek kebidanan.
5. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Cunningham, 2005, Obstetri Williams, Edisi 21. EGC. Jakarta

  1. Depkes, 2010, Profil Kesehatan, Makassar.

  1. Hidayat Asri,2010, Asuhan Persalinan,Nuha Medika. Yogjakarta.

  1. Mandriati G.A, 2007, Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, EGC. Jakarta.

  1. Manuaba I.B.G, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC. Jakarta.

  1. Maryunani Anik, 2009, Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan, Trans Info Media, Jakarta.

  1. Nugroho Taufan, 2010, Kasus Emrgenci Kebidanan,Nuha Medika. Yogjakarta.

  1. Rustam Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi II. Cetakan I. EGC. Jakarta..

  1. Sastra Winata S, 2004, Obstetric Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi II. Cetakan I.EGC. Jakarta.
  2. Simatupang Erna Juliana, 2006, Penerapan Unsur-Unsur Manajemen, Awan Indah. Jakarta.

  1. Soepardan Suryani, 2007, Konsep Kebidanan,Eka Annisa Mardella. EGC. Jakarta.

  1. Sujiatini, 2009, Asuhan Patologi Kebidanan, Cetakan I. Nuha Medika. Yogjakarta.

  1. Syaifuddin A.B, 2004, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Edisi I. Cetakan VI. YBP-SP. Jakarta.

  1. Varney Helen,2001, Buku Saku Bidan, EGC. Jakarta.

  1. Wijono, 2002, Pengaruh Aborsi, http://www.Pikiranrakyat.com diakses 27 Maret 2011.

  1. Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.

  1. Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka. Jakarta.