Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
Membahas ciri struktural dan karakteristik mamalia, klasifikasi, evolusi
dan aspek-aspek ekologis, zoogeografis, perilaku, reproduksi,metabolisme,
orientasi akuatik dan terestrial, serta dampak manusia terhadapnya.
.


PENDAHULUAN
Kingdom animalia memiliki beberapa tingkatan untuk membagi hewan-hewan yang terdapat di muka bumi ini. Tingkatan tertinggi pada kingdom animalia tersebut adalah mamalia. Pada umumnya , semua jenis mamalia memiliki rambut yang menutupi tubuhnya. Jumlah rambut tersebut berbeda-beda antara spesies yang satu dengan yang lain. Ada spesies yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh rambut dan ada pula spesies yang hanya memiliki rambut di tempat-tempat tertentu pada bagian tubuhnya. Mamalia merupakan hewan yang bersifat homoioterm atau sering disebut hewan berdarah panas. Hal ini dikarenakan kemampuannya untuk memperetahankan suhu tubuh nya terhadap perubahan suhu lingkungan sekitar.
Sebutan mamalia sendiri berasal dari keberadaan glandula ( kelenjar ) mamae pada tubuh mereka yang berfungsi sebagai penyuplai susu. Seperti yang kita ketahui bahwa mamalia betina menyusui anaknya dengan memanfaatkan keberadaan kelenjar tersebut. Walaupun mamalia jantan tidak menyusui anaknya, bukan berarti mereka tidak memiliki kelenjar mamae. Semua mamalia memiliki kelenjar mamae , tetapi pada mamalia jantan kelenjar ini tidaklah berfungsi sebagaimana pada mamalia betina.
Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa mamalia merupakan tingkatan tertinggi pada kerajaan hewan. Hal ini mengakibatkan segala proses yang dilakukan oleh mamalia lebih tinggi daripada jenis animalia lainnya. Mulai dari sistem pencernaan , pernafasan , peredaran darah , urogenital , hingga sistem syarafnya. Oleh karena itu perlulah kita mengetahui tentang karakteristik, struktur tubuh, cara hidup, dan habitat dari class mamalia beserta peranannya dalam kehidupan manusia guna menunjang pengetahuan kita.

A.    Klasifikasi Hewan Mamalia

Taksonomi mamalia dijelaskan sebagai berikut:
Kingdom                 : Animalia
Sub-Kingdom          : Metazoa
Filum                      : Chordata
Sub-Filum               : Vertebrata
Kelas                      : Mamalia
Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi menjadi dua, yakni mamalia besar dan mamalia kecil. International Biological Program mendefinisikan mamalia besar sebagai jenis-jenis mamalia yang memiliki ukuran berat badan dewasa > 5Kg, sedangkan mamalia kecil dengan ukuran berat badan dewasa < 5Kg. Jenis-jenis mamalia besar, dicontohkan sebagai berikut: rusa, harimau, dan  kerbau air. Mamalia kecil, antara lain tikus, bajing, dan kelelawar.
Dalam pemanfaatan waktu aktivitas, mamalia dibagi menjadi mamalia
1.      Diurnal dan mamalia nokturnal. Mamalia diurnal merupakan jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya pada pagi dan sore hari, seperti orangutan, rusa, dan beberapa jenis bajing.
2.      Nokturnal merupakan jenis-jenis mamalia yang melakukan aktivitasnya mulai menjelang malam hari hingga menjelang pagi hari, seperti kelelawar, tenggalung malaya, serta musang. Selain itu, terdapat juga jenis-jenis yang beraktivitas sepanjang hari seperti babi hutan.
Berdasarkan habitatnya, mamalia dapat dibedakan menjadi dua, yakni
1.      Mamalia darat. Mamalia darat merupakan mamalia yang sebagian besar aktivitasnya dilakukan di darat, sedangkan Contoh dari mamalia darat, yakni monyet-ekor panjang, macan tutul, tikus, serta kuda.
2.      Mamalia laut, mamalia laut melakukan aktivitasnya sebagian besar di laut. Contohnya antara lain pesut, dugong, dan paus.
Dalam pemanfaatan strata tegakan hutan, mamalia diklasifikasikan menjadi dua, yakni
1.      Mamalia arboreal. Mamalia arboreal merupakan jenis-jenis mamalia yang banyak menghabiskan waktu aktivitasnya pada strata yang tinggi, sedangkan mamalia terestrial merupakan jenis-jenis mamalia yang menghabiskan waktu aktivitasnya pada lantai hutan atau strata terbawah. Soerianegara dan Indrawan (2002) membagi strata tegakan dalam ekologi hutan, adalah sebagai berikut: strata A (> 30m), strata B (20-30m), strata C (4-20m), strata D (1-4m) dan strata E (0-1m). Jenis-jenis yang merupakan mamalia arboreal, antara lain monyet, kelelawar, bajing, serta beberapa jenis dari suku Felidae (Payne et al. 2000).
2.      Mamalia terrestrial.Mamalia yang hidup di atas tanah dan menginjakkan kaki pada tanah. Mamalia terestrial, antara lain kijang, gajah, dan badak.
Mamalia terdiri lebih dari 5.000 genus, yang tersebar dalam 425 keluarga dan hingga 46 ordo, meskipun hal ini tergantung klasifikasi ilmiah yang dipakai. Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia yang tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga terjadi pada banyak spesies non-mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil; karenanya melahirkan bukan dianggap sebagai ciri khusus mamalia
Evolusi mamalia   yang paling awal belangsung mulai beberapa jalur yang berbeda. Dari kelompok tersebut hanya tiga yang sampai sekarang masih hidup, yaitu:
1.      Monotremata, mamalia yang bertelur (sub kelas Prototheria) Platipus paruh bebek dan pemakan semut berduri adalah satu-satunya monotremata yang ada di bumi sekarang.
2.      Marsupialia, mamalia berkantung (sub kelas Metatheria) Pada marsupiala, anak bertahan untuk jangka waktu yang pendek di dalam saluran reproduksi induk. Selama waktu yang pendek ini, makanan diperoleh dari kuning telur yang tumbuh di dalam dinding uterus. Tetapi, anak itu dilahirkan pada tahap perkembangan yang sangat awal. Anak itu kemudian merayap kedalam kantung yang terdapat di perut induknya dan melekatkan diri pada puting yang mengeluarkan air susu. Disini perkembangan diselesaikan.
3.      Mamalia berplasenta (sub kelas Eutheria) Mamalia berplasenta mempertahankan anaknya didalam uterus induk sampai berkembang baik. Kuning hanya sedikit di dalam telur, tetapi membran ekstra embrionik itu membentuk tali pusar dan plasenta sehingga anak yang sedang bertumbuh itu mendapat makanannya langsung dari induknya.melalui plasenta dan tali pusar.

Mamalia di kelompokkan kedalam banyak Ordo diantaranya sebagai berikut :
  1. Monotremata mamalia berparuh dan bertelur, tidak memiliki putting susu, dan menyedot susu dari bulu induknya, misalnya : platypus (Ornithorynchus anatinus)/ cungur bebek, echidna
Kingdom     :  Animalia
Filum          :  Chordata
Kelas          :  Mammalia
Ordo           :  Monotremata
Famili         :  Ornithorhynchidae
Genus         :  Ornithorhynchus
Spesies       :  Ornithorynchus anatinus
  1. Marsupialia atau Diprotodontia mamalia berkantung, perkembangan embrionik diselesaikan dalam kantung marsupial, misalnya : kanguru (Marcropus sp)
Kingdom     :  Animalia
Filum          :  Chordata
Kelas          :  Mammalia
Subkelas     :  Marsupialia
Ordo           :  Diprotodontia
Subordo      :  Macropodiformes
Famili         :  Macropodidae
Genus         :  Macropus sp
  1. Artiodactyla mamalia yang memiliki kuku dengan jumlah jari kaki yang genap pada masing-masing kaki, herbivore, misalnya : domba peliharaan (Ovis aries), rusa
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Genus : Ovis
Spesies : Ovis aries
  1. Carnivora mamalia pemakan daging, memilki gigi tajam, runcing dan geraham untuk merobek, misalnya : harimau (Panthera sp), anjing, musang
Kingdom    :  Animalia
Filum          :  Chordata
Kelas         :  Mammalia
Ordo          :  Carnivora
Famili         :  Panthera
Spesies       :  Panthera sp
  1. Cetacea mamalia yang hidup di laut dengan badan berbentuk ikan, kaki depan mirip dayung dan tidak ada tungkai belakang serta lapisan tebal lemak sebagai insulasi, misalnya : ikan paus (Balaenoptera omurai), lumba-lumba
Kingdom    :  Animalia
Filum          :  Chordata
Kelas         :  Mammalia
Ordo           :  Cetacea
Famili         :  Balaenoptiidae
Genus : Balaenoptera
Spesies : Balaenoptera omurai
  1. Chiroptera mamalia yang memiliki kaki seperti sayap atau bersayap tangan dengan selaput di antara ruas jari sampai ke belakang hingga tungkai depan bagian belakang,  misalnya : kelelawar (Pteropus vampeirus)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Chiroptera
Famili : Pteropidae
Genus : Pteropus
Spesies : Pteropus vampeirus
  1. Edentata mamalia yang memiliki geligi tereduksi atau tidak ada sama sekali, misalnya : Armadillo, kukang
Kingdom    :  Animalia
Filum          :  Chordata
Kelas         :  Mamalia
Ordo          :  Edentata
Famili         :  Dasypodidae
  1. Insectivora atau Soricomorpha mamalia pemakan serangga, misalnya : tikus cerurut(Crocidura mutina), landak
Kingdom     :  Animalia
Filum          :  Chordata
Kelas          :  Mammalia
Ordo           :  Soricomorpha
Famili         :  Soricidae
Genus         :  Crocidura
Spesies       :  Crocidura mutina
  1. Lagomorpha mamalia yang memiliki gigi seri mamalia yang mirip dengan ordo rodentia tetapi memiliki empat gigi seri atau lebih mirip pahat, kaki belakang lebih panjang dibandingkan dengan kaki depan dan diadaptasikan untuk berlari dan melompat, misalnya : Kelinci (Lepuhnigri collis)
Kingdom    :  Animalia
Filum          :  Chordata
Kelas         :  Mammalia
Ordo          :  Lagomorpha
Famili         :  Leporidae
Genus         :  Lepuhnigri
Spesies       :  Lepuhnigri collis
10.  Perissodactyla mamalia berkuku dan berjari kaki ganjil, herbivore, misalnya : Kuda (EquusCaballus, zebra, tapir
Kingdom    :  Animalia
Filum          :  Chordata
Kelas         :  Mammalia
Ordo          :  Perissodactyla
Famili         :  Equidae
Genus         :  Equus
Spesies       :  Equus caballus
11.  Primata mamalia dengan ibu jari berhadapan dan yang memiliki anggota gerak yang panjang, mata yang menghadap kedepan, korteks serebral yang berkembang baik, omnivore,  misalnya : monyet (Macaca mulatta), lemur, orang utan
Kingdom ; Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Familia : Cercopithecidae
Genus : Macaca
Spesies : Macaca mullata
12.  Proboscidea mamalia berotot dan badan panjang, misalnya : Gajah (Elephantidae elephas)
Kingdom ; Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Proboscidea
Familia : Elephantidae
Genus : Elephantias
Spesies : Elephantias elephas
13.  Rodentia mamalia pengerat yang memiliki gigi seri seperti pahat yang tumbuh terus-menerus, misalnya : berang-berang (Castor sp), tikus mencit,
Kingdom ; Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodensia
Familia : Castoridae
Genus : Castor
Spesies : Castor sp.
14.  Sirenia mamalia herbivora akuatik, memiliki tungkai mirip sirip, dan tidak ada kaki belakang,  misalnya : sapi laut/dugong (Dugong dugong),
Kingdom ; Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Sirenia
Familia : Dugongidae
Genus : Dugong
Spesies : Dugong dugong

15.  Herbivora mamalia pemakan tumbuhan, misalnya : sapi (Bos taurus)
Kingdom ; Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos taurus
16.  Omnivora atau  mamalia pemakan segala : babi hutan (Sus scrofa)
Kingdom ; Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Suidae
Genus : Sus
Spesies : Sus scrofa
17.  Scandentia, misalnya : tupai (Tupaia javanica)
Kingdom ; Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Scandentia
Familia : Tupaiidae
Genus : Tupais
Spesies : Tupaia javanica
18.  Polidota mamalia berbisik dan tidak bergigi, misalnya : Tringgiling (Manis javanica)
Kingdom     :  Animalia
Filum          :  Chordata
Subfilum     :  Vertebrata
Kelas          :  Mamalia
Subkelas     :  Eutheria
Ordo           :  Polidota
Famili         :  Manidae
Genus         :  Manis
Spesies       :  Manis javanica
19.  Dermoptera mamalia bersayap kulit dengan sayap mirip pada kelelawar,misalnya Lemur (Cyanocephalus volans), Galeopithecus
Kingdom     :  Animalia
Phylum       :  Chordata
Subfilum     :  Vertebrata
Kelas          :  Mamalia
Subkelas     :  Eutheria
Ordo           :  Dermoptera
Familia        :  Cyanocephalidae
Genus         :  Cyanocephalus
Spesies       :  Cyanocephalus volans

B.    Ciri-Ciri Tubuh Mammalia

Ciri-ciri umum:
  1. Tubuhnya tertutup rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin.
  2. Pada betina terdapat kelenjar mammae (glandula mammae) yang tumbuh baik.
  3. Tetrapoda dengan anak yang diberi makan dari kelenjar susu betina.
  4. Diagfragma yang menventilasi paru-paru.
  5. Mempunyai kantung amniotik.
  6. Tubuh yang endoterm atau berdarah panas.
  7. Bernafas melalui paru-paru.
  8. Mempunyai cuping telinga.
  9. Gigi umumnya terbagi menjadi empat tipe yaitu gigi seri, gigi taring, gigi premolar, dan gigi molar.
Ciri-ciri khusus:
  1. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau dan kelenjar pipi.
  2. Memiliki kantung pada mamalia marsupialia.
  3. Memiliki alat gerak yang berupa dua pasang tungkai, sepasang tungkai belakang dan sepasang tangan, atau sepasang tungkai depan yang menyerupai sirip, atau alat gerak yang menyerupai sayap.
  4. Anggota gerak depan dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang, dan terbang.
  5. Pada jari-jarinya terdapat kuku, cakar, atau tracak.(telapok)
  6. Pada kulit terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat.

C.     Struktur Tubuh

Mamalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutup rambut. Tiap betina mempunyai kelenjar mamae (air susu) yang tumbuh baik. Anggota gerak depan pada mamalia dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang, dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat kuku, cakar, atau tracak. Pada kulit terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat.

Gigi umumnya terbagi mnjadi empat tipe: gigi seri, gigi taring, gigi premolar, dan gigi molar. Dibandingkan dengan kondisi vertebrata lainnya, jumlah tulang tengkorak mamalia banyak yang tereduksi. Ada dua kondil oksipital.Vertebrae servikal biasanya ada tujuh buah. Dalam sabuk pektoral tidak terdapat tulang korakoid, dan klavikula vestigial atau tidak ada sama sekali. Ekor, jika ada, panjang dan dapat digerakkan.
Ada tiga buah osikel auditori yaitu malleus, inkuls, dan stapes. Akhir organ pendengaran (koklea) berstruktur sangat kompleks dan sedikit banyak bergelung. Pada telinga terdapat suatu auditori eksternal dan pinna (telinga luar) pada tiap sisi lateral kepala.
Kranium dengan dua condylus occipitalis. Leher terdiri dari tujuh ruas vertebrae. Hidung memanjang, lidah biasanya dapat digerakkan, mata berkelopak, mempunyai empat kaki (pada cetacean dan sirenia tidak mempunyai kaki belakang). Tiap kaki dengan lima jari (atau kurang) dan bermacam-macam bentuknya beradaptasi untuk brjalan, lari, memanjat, menggali, berenang atau terbang. Jari-jari dilengkapi cakar atau kuku atau teracak dari zat tanduk dan sering dengan telapak yang berdaging.
Struktur tubuh pada mamalia contohnya pada kucing. Kucing termasuk dalam ordo carnivora(hewan pemakan daging) biasanya memakan mamalia yang kecil-kecil dan burung.  Memiliki mata yang mengarah kedepan, mempunyai indra yang tajam, dan berjalan dengan menggunakan telapak kakinya tidak bersuara sehingga efektif dalam memburu mangsanya. Tubuhnya lentur dan cakarnya tajam sehingga memungkinkan untuk menerkam dan menggenggam mangsanya dengan mudah dan gigi penggunting yang tajam untuk memotong-motong daging.
Struktur kerangka pada kucing

  • leher, terdiri dari 7 buah tulang (vertebrae cervicalis)
  • bahu, tulang belikat (Scapulla)
  • tulang punggung, 13 vertebrae thoracalis
  • tulang punggung, 7 vertebrae lumbalis
  • tulang punggung, 3 tulang vertebrae sacralis bergabung menjadi satu
  • tulang panggul (ischium)
  • tulang paha (femur)
  • fibula (tulang betis)
  • tibia (tulang betis)
  • pergelangan kaki (tarsus)
  • telapak kaki (meta tarsus)
  • jari (phalank)
  • tulang ekor, 18-23 tulang vertebrae coccigea
  • tempurung lutut (patella)
  • tulang rusuk
  • telapak tangan (meta carpus)
  • cakar
  • pergelangan tangan (carpus)
  • ulna (tulang tangan)
  • radius (tulang tangan)
  • humerus (tulang siku)
  • tulang dada (sternum)
  • rahang bawah (mandibula)
  • rahang atas (maxilla)
  • tulang kepala

D.    Sistem Organ Pada Mamalia

1.      Sistem Saraf Sistem saraf pada mamalia, secara general memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi dari kelas lain. Serebrum berukuran lebih besar jika dibandingkan keseluruhan bagian otak. Serebellum juga berukuran lebih besar dan berlobus lateral 2 buah. Lobus optikus ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus anterior dan posterior. Otak (Encephalon) terdiri dari beberapa bagian yang hampir sama dengan vertebrata yang lain, seperti prosencephalon, lobus opticus, cerebellum dan medulla oblongata.
2.      Sistem Respirasi. Alur-alur hidung mengandung tulang-tulang turbinal yang berkelok-kelok yang memperluas permukaan olfaktori. Laring beratap sebuah epiglottis yang mengandung pita-pita suara. Dua paru-paru masing-masing dalam ruang pleura yang terpisah. Fase aktif dalam pernapasan adalah inspirasi yang diikuti oleh depresi (perataan) dari diafragma dan elevasi dari tulang-tulang iga (dengan gerakan melengkung keluar).
3.      Sistem SirkulasiJantung berbilik empat pada mammalia mempunyai dua atria dan dua ventrikel yang terpisah secara sempurna. Terdapat sirkulasi ganda (sirkuit sistemik dan pulmoner). Pengiriman oksigen ke seluruh tubuh akan semakin meningkat karena tidak ada pencampuran darah yang kaya akan oksigen dengan yang miskin oksigen, jadi lebih sempurna dari reptile. Sebgai hewan endotermik, mammalia memerlukan lebih banyak oksigen per gram bobot tubuhnya dibandingkan dengan vertebratalain dengan ukuran tubuh yang sama.
4.      Sistem PencernaanSistem pencernaan terdiri dari kelenjar pencernaan dan organ pencernaan. Kelenjar pencernaannya terdiri dari 4 pasang kelenjar ludah: paratiroid, infaorbital, submaksilari, dan sublingual. Terdapat kantung empedu dengan saluran empedu dan saluran getah pancreas yang bermuara dalam duodenum. Sekum (caecum) berdinding tipis, panjangnya kira-kira 50 cm, mempunyai appendiks vermiformis (umbai cacing) yang bentuknya seperti jari. Sedangkan organ pencernaannnya terdiri dari mulut, kerongkongan, ventriculus, duodenum, ileum, rectum, dan anus.
  1. 5. Sistem Ekskresi
Ginjal berbentuk seperti biji kacang, ruang median ginjal yang disebut pelvis renalis berhubungan dengan kandung kemih melalui ureter. Dari kandung kemih mengeluarkan uretra yang akan mngeluarkan urin melalui saluran urin. Mammalia dominan sudah memiliki saluran yang terpisah, tidak seperti hewan vertebrata lain yang menggunakan kloaka. Mammalia memiliki saluran pembuangan sisa pencernaan melalui anus, urin melalui uretra, dan saluran reproduksi melalui vagina dan penis.
  1. 6. Sistem Reproduksi
Hewan mammalia melakukan fertilisasi internal, perkembangan embrio terjadi di dalam uterus, dengan lama masa kandungan yang bervariasi tergantung pada jenis hewannya, seperti pada kelinci masa kehamilannya sekitar 30 hari. Berdasarkan cara reproduksi dan perkembangan fetusnya, beberapa mammalian memiliki tingkatan-tingkatan dari yang rendah sampai yang tinggi. Pada mammalian rendah, seperti Ordo Monotremata (platypus) dan Ordo Marsupialia (opossum dan kangguru), platypus masih bertelur dan mengerami telurnya. Sedangkan pada kangguru yang telurnya sangat kecil itu berkembang dalam uterus selama beberapa hari, larva yang kemudian menetas segera keluar dari uterus dan masuk dalam kantong perut (marsupium) dan menghisap air susu dari putting-putting induknya. Pada mamalia yang lebih tinggi tingkatannya, zygot yang berkembang menjadi embrio dan kemudian tumbuh menjadi fetus tinggal dalam uterus untuk waktu yang lebih lama. Sistem sirkulasi dan nutrisinya dihubungkan melalui plasenta yang mengangkut nutrisi dari tubuh induknya.

E.     Cara Hidup

Pada umumnya mammalia melahirkan anaknya (vivipar) dan kemudian menyusui anaknya sampai anaknya mandiri. Beberapa perkecualian, misalnya : pada hewan paruh bebek (Platypus), bertelur, setelah menetas anaknya baru disusui. Pada hewan berkantung (Marsupialia), contoh : kanguru, anaknya lahir muda (amat prematur) kemudian merayap masuk, kantung induknya, mencari putting susu, kemudian menyusui dalam kantung sampai mandiri.
Semua jenis mamalia, misalnya sapi, kambing dan marmut merupakan hewan vivipar (kecuali Platypus). Mamalia jantan dan betina memiliki alat kelamin luar, sehingga pembuahannya bersifat internal. Sebelum terjadi pembuahan internal, mamalia jantan mengawini mamalia betina dengan cara memasukkan alat kelamin jantan (penis) ke dalam liang alat kelamin betina (vagina). Ovarium menghasilkan ovum yang kemudian bergerak di sepanjang oviduk menuju uterus. Setelah uterus, terdapat serviks (liang rahim) yang berakhir pada vagina.
Testis berisi sperma, berjumlah sepasang dan terletak dalam skrotum. Sperma yang dihasilkan testis disalurkan melalui vas deferens yang bersatu dengan ureter. Pada pangkal ureter juga bermuara saluran prostat dari kelenjar prostat. Kelenjar prostat menghasilkan cairan yang merupakan media tempat hidup sperma.
Sperma yang telah masuk ke dalam serviks akan bergerak menuju uterus dan oviduk untuk mencari ovum. Ovum yang telah dibuahi sperma akan membentuk zigot yang selanjutnya akan menempel pada dinding uterus. Zigot akan berkembang menjadi embrio dan fetus. Selama proses pertumbuhan dan perkembangan zigot menjadi fetus, zigot membutuhkan banyak zat makanan dan oksigen yang diperoleh dari uterus induk dengan perantara plasenta (ari-ari) dan tali pusar

F.     Habitat

Mamalia hidup pada berbagai tipe habitat, mulai dari habitat teresterial sampai habitat akuatik, mamalia teresterial tersebar luas mulai dari kutub sampai ke kawasan tropis (Wilson dkk., 1996). Mamalia teresterial dapat menempati tipe habitat yang beraneka ragam, baik hutan maupun bukan hutan seperti kawasan pertanian, perkebunan, gua dan padang rumput (Alikodra, 1990).  Kebanyakan jenis mamalia di Indonesia hidup di hutan hujan dipterocarpacea, dengan agak lebih sedikit spesies di hutan rawa dan hutan kerangas. Banyak spesies mampu bertahan hidup di habitat yang berubah-ubah, dan sering mudah terlihat di hutan yang baru ditebang dan hutan sekunder bahkan perkebunan, dimana vegetasinya lebih jarang (Payne dkk., 2000). Mamalia juga banyak menggunakan lahan pertanian sebagai habitat, sehingga dapat menjadi hama pertanian karena mencari makan di lahan pertanian dan berlindung di hutan-hutan sekitarnya (Alikodra, 1990). Kawasan pinggiran hutan yang berbatasan dengan perkebunan atau lahan pertanian penduduk sering mendukung berbagai spesies binatang dengan kepadatan yang relatif lebih tinggi (Payne dkk., 2000).
Hewan vertebrata dari golongan mamalia yang hidup di dalam air tetap bernapas dengan paru-paru. Hal itu tampak jelas pada cara bernapasnya, misalnya paus. Setiap saat paus muncul ke permukaan air untuk menghirup udara sebanyak-banyaknya sampai paru-parunya penuh sekali, yaitu sekitar 3.350 liter. Setelah itu, paus akan menyelam kembali ke dalam air. Dengan udara sebanyak itu, paus mampu bertahan selama kira-kira setengah jam di dalam air. Pada saat muncul kembali di permukaan air, hasil oksidasi biologi dihembuskan melalui lubang hidung, seperti pancaran air mancur. Sisa oksidasi ini berupa karbon dioksida yang jenuh dengan uap air yang telah mengalami pengembunan (kondensasi).

G.    Manfaat

Setiap elemen kehidupan tentunya memiliki peranan yang dapat memberikan kontribusi yang positif bagi lingkungannya. Mamalia memiliki peranan yang penting dalam kelestarian . Mamalia sangat berperan dalam kehidupan manusia karena dimanfaatkan untuk memenuhi banyak kebutuhan. Manusia dapat memenuhi kebutuhan dengan memakan daging sapi, kambing, kerbau, unta atau babi. Kulit sapi dan kambing merupakan bahan baku sandang, baik pakaian maupun sepatu. Gajah dapat digunakan untuk mengangkut batang pohon atau balok kayu yang besar. Anjing atau sipanse telah dijadikan bahan penelitian untuk eksplorasi angkasa luar. Selain itu, beberapa jenis mamalia lainnya bermanfaat pula untuk penelitian dibidang kesehatan (kedokteran). Kemampuan indra penciuman anjing juga dimanfaatkan pihak kepolisian untuk menangani masalah criminal misalnya pembunuhan atau perampokan.
Mamalia memiliki peranan yang penting dalam kelestarian ekosistem hutan. Suyanto (2002) menjelaskan peranan mamalia, antara lain sebagai penyubur tanah, penyerbuk bunga, pemencar biji, serta pengendali hama secara biologi. Selain peranannya secara ekologis, mamalia juga memiliki peranan dalam bidang kesehatan, ekonomi, serta estetika.
Makanan – sapi – kambing Minuman – susu sapi – susu kuda Peliharaan – lepus Sp (kelinci) – canis familiaris (anjing) Hiasan – ikan ditaruh di akuarium – Obat.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi Jilid 2 (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Kimball, Jhon W. 1983. Biologi Jilid 3 (terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Broto Widjoyo Mukayat Djarugito. 1989. Zoologi dasar. Jakarta: Erlangga
Menurut teori evolusi kehidupan berawal dan berevolusi di laut kemudian amfibi memindahkannya ke darat. Skenario evolusi ini juga menyatakan bahwa amfibi kemudian berevolusi menjadi reptil makhluk yg hanya hidup di darat. Sekali lagi skenario ini tidak masuk akal krn terdapat perbedaan-perbedaan struktural yg jauh antara dua kelompok besar hewan ini. Misalnya telur amfibi didesain utk berkembang di dalam air sedangkan telur amniotik reptil didesain utk berkembang di darat. Evolusi “bertahap” amfibi adl mustahil sebab tanpa telur yg didesain dgn baik dan sempurna tidak mungkin sebuah spesies dapat bertahan hidup. Selain itu seperti biasa tidak ada bukti bentuk transisi yg mestinya menghubungkan amfibi dgn reptil.
Robert L. Carrol seorang ahli paleontologi vertebrata mengakui bahwa reptil-reptil awal sangat berbeda dgn amfibi dan nenek moyang mereka belum dapat ditemukan. Akan tetapi skenario evolusionis tanpa harapan ini belum juga berakhir. Masih ada masalah bagaimana membuat makhluk-makhluk ini dapat terbang! Karena mempercayai burung sebagai hasil evolusi evolusionis berkeras bahwa burung-burung tersebut berasal dari reptil. Akan tetapi tidak ada satu pun mekanisme khas burung dgn struktur yg sepenuhnya berbeda dgn binatang darat dapat dijelaskan dgn evolusi bertahap. Misalnya sayap sebagai satu ciri khas burung merupakan jalan buntu bagi para evolusionis.
Seorang evolusionis dari Turki Engin Korur mengakui kemustahilan evolusi sayap. Ciri yg sama antara mata dan sayap adl bahwa keduanya hanya berfungsi jika telah berkembang sempurna. Dengan kata lain mata setengah jadi tidak dapat melihat; seekor burung dgn sayap setengah jadi tidak dapat terbang. Tentang bagaimana organ-organ ini muncul masih merupakan salah satu mistri alam yg perlu dicari penjelasannya . Pertanyaan bagaimana struktur sayap yg sempurna muncul dari serangkaian mutasi acak masih belum terjawab sama sekali. Adalah penjelasan yg tidak mungkin bahwa lengan depan reptil dapat berubah menjadi sayap yg berfungsi sempurna sebagai hasil distorsi pada gen-gennya . Lagi pula sekadar memiliki sayap tidak memadai bagi organisme darat utk terbang. Organisme darat tidak memiliki mekanisme-mekanisme struktural lain yg digunakan burung utk terbang. Misalnya tulang-tulang burung jauh lbh ringan daripada tulang-tulang organisme darat. Cara keja paru-paru mereka sangat berbeda. Mereka memiliki sistem otot dan rangka yg berbeda dan sistem jantung-peredaran darah yg sangat khas. Ciri-ciri ini adl prasyarat utk bisa terbang yg sama pentingnya dgn sayap. Semua mekanisme ini harus ada seluruhnya pada saat bersamaan; semuanya tidak mungkin terbentuk sedikit demi sedikit dgn cara “terakumulasi”. Karena itulah teori yg menyatakan bahwa organisme terbang benar-benar menyesatkan . Semua ini menimbulkan pertanyaan baru kalaupun kisah mustahil ini kita anggap benar mengapa evolusionis tidak mampu menemukan fosil-fosil “bersayap setengah” atau “bersayap tunggal” utk mendukung kisah mereka? Satu lagi bentuk transisi hipotetis Archaeopteryx. Sebagai jawaban evolusionis mengajukan satu makhluk yaitu fosil burung yg disebut Archaeopteryx. Burung ini dikenal luas sebagai salah satu “bentuk transisi” dari hanya beberapa yg masih mereka pertahankan. Archaeopteryx nenek moyang burung modern menurut kaum evolusionis hidup 150 juta tahun lalu. Teori tersebut menyatakan bahwa sejenis dinosaurus berukuran kecil yg disebut Velociraptor atau Dromeosaurus berevolusi dgn mendapatkan sayap dan kemudian mulai terbang. Archaeopteryx diasumsikan sebagai makhluk transisi dari dinosaurus nenek moyangnya dan kemudian terbang utk pertama kalinya. Akan tetapi penelitian terakhir pada fosil Archaeopteryx menunjukkan bahwa makhluk hidup ini sama sekali bukan bentuk transisi melainkan spesies burung dgn beberapa karakteristik yg berbeda dari burung masa kini. Hingga beberapa waktu yg lalu pernyataan bahwa Archaeopteryx merupakan makhluk “separo burung” yg tidak dapat terbang dgn sempurna masih sangat populer di kalangan evolusionis. Ketiadaan sternum pada makhluk ini atau paling tidak perbedaannya dgn sternum milik unggas yg dapat terbang dianggap sebagai bukti paling penting bahwa burung ini tidak dapat terbang secara sempurna. . Namun fosil Archaeopteryx ketujuh yg ditemukan pada tahun 1992 menimbulkan kegemparan luar biasa dikalangan evolusionis. Pada fosil Archaeopteryx tersebut tulang dada yg sejak lama dianggap hilang oleh evolusionis ternyata benar-benar ada. Fosil temuan terakhir itu digambarkan oleh majalah Nature sebagai berikut “Fosil Archaeopteryx ketujuh yg baru-baru ini ditemukan masih memiliki sebagian sternum berbentuk persegi panjang. Sternum ini sudah lama diperkirakan ada tetapi tidak pernah terdokumentasi sebelumnya. Temuan tersebut membuktikan bahwa makhluk ini memiliki otot-otot kuat utk terbang. Penemuan ini menggugurkan pernyataan bahwa Archaeopteryx adl makhluk setengah burung yg tidak dapat terbang dgn baik. Di sisi lain struktur bulu burung tersebut menjadi salah satu bukti terpenting yg menegaskan bahwa Archaeopteryx benar-benar burung yg dapat terbang. Struktur bulu Archaeoptery yg asimetris tidak berbeda dari burung modern menunjukkan bahwa binatang ini dapat terbang dgn sempurna. Seorang ahli paleontology terkenal Carl O. Dunbar menyatakan “Karena bulunya Archaeopteryx dipastikan termasuk kelas burung.” Fakta lain yg terungkap dari struktur bulu Archaopteryx adl bahwa hewan ini berdarah panas. Sebagaimana telah diketahui reptil dan dinosaurus adl binatang berdarah dingin yg dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan tidak dapat mengendalikan sendiri suhu tubuh mereka. Fungsi terpenting bulu burung adl utk mempertahankan suhu tubuh. Fakta bahwa Archaeopteryx memiliki bulu menunjukkan bahwa makhluk ini benar-benar seekor burung berdarah panas yg perlu mempertahankan suhu tubuh sementara dinosaurus tidak. Spekulasi Evolusionis Gigi dan Cakar Archaeopteryx Dua hal penting yg diandalkan kaum evolusionis ketika menyatakan bahwa Archaeopteryx merupakan bentuk transisi adl cakar pada sayap burung itu dan giginya. Memang benar bahwa Archaeopteryx memiliki cakar pada sayapnya dan gigi dalam mulutnya tetapi ciri-ciri ini tidak berarti bahwa makhluk ini berkerabat dgn reptil. Selain itu dua spesies burung yg hidup saat ini Taouraco dan Hoatzin keduanya memiliki cakar utk berpegangan pada cabang-cabang pohon. Kedua makhluk ini sepenuhnya burung tanpa karakteristik reptil. Karena itu pernyataan bahwa Archaeopteryx adl bentuk transisi hanya krn cakar pada sayapnya sama sekali tidak berdasar. Gigi pada paruh Archaeopteryx juga tidak menunjukkan bahwa makhluk ini adl bentuk transisi. Evolusionis sengaja melakukan penipuan dgn mengatakan bahwa gigi-gigi ini adl karakteristik reptil. Bagaimanapun gigi bukan ciri khas reptil. Kini banyak reptil yg memang bergigi dan banyak pula yg tidak. Lagi pula Archaeopteryx bukan satu-satunya spesies burung yg memiliki gigi. Namun jika kita mengamati catatan fosil kita akan menemukan bahwa di zaman Archaeopteryx dan setelahnya bahkan hingga baru-baru ini terdapat suatu genus burung yg dapat dikategorikan sebagai “burung bergigi”. Hal yg terpenting adl bahwa struktur gigi Archaeoptery dan burung-burung lain yg bergigi sama sekali berbeda dgn struktur gigi dinosaurus yg dianggap nenek moyang mereka. Beberapa ahli ornitologi terkenal Martin Steward dan Whetstone mengamati bahwa Archaeopteryx dan burung-burung bergigi lainnya memiliki gigi dgn permukaan atas datar dan berakar besar. Namun gigi dinosaurus teropoda nenek moyang hipotetis burung-burung ini menonjol seperti gerigi gergaji dan memiliki akar menyempit. Para peneliti juga membandingkan tulang-tulang pergelangan pada Archaeopteryx dan dinosaurus dan tidak menemukan kemiripan di antara mereka. John Ostrom adl seorang ahli terkemuka yg menyatakan bahwa Archaeopteryx berevolusi dari dinosaurus. Namun penelitian ahli anatomi seperti Tarsitano Hecht dan A.D. Walker mengungkapkan bahwa pendapatnya tentang sejumlah “kemiripan” antara Archaeopteryx dan dinosaurus pada kenyataannya adl penafsiran yg salah. Semua penemuan ini menunjukkan bahwa Archaeopteryx bukanlah bentuk transisi melainkan hanya sejenis burung yg termasuk kategori “burung bergigi”. Archaeopteryx dan Fosil-Fosil Burung Purba Lainnya Selama beberapa dekade evolusionis menyatakan Archaeopteryx sebagai bukti terbesar skenario evolusi burung namun beberapa fosil yg baru ditemukan mengugurkan skenario tersebut. Lianhai Hou dan Zhonghe Zhou dua ahli paleontologi dari Institut Paleontologi Vertebrata Cina pada tahun 1995 menemukan fosil burung baru yg mereka namai Confuciusornis. Usia fosil burung ini hampir sama dgn Archaeopteryx tetapi tidak bergigi. Selain itu paruh dan bulunya memiliki ciri yg sama dgn burung modern sayap burung ini juga memiliki cakar seperti Archaeopteryx. Pada spesies burung ini dijumpai struktur khusus yg disebut “pygostyle” yg menopang bulu-bulu ekor. Singkatnya burung ini tampak sangat menyerupai burung modern walau hidup semasa dgn Archaeopteryx yg dianggap sebagai nenek moyang tertua dari semua burung dan disebut semi-reptil. Kenyataan ini mengugurkan semua anggapan evolusionis yg menyatakan bahwa Archaeopteryx adl nenek moyang primitif dari semua burung. Satu fosil lagi yg ditemukan di Cina pada bulan November 1996 telah menimbulkan kebingungan yg lbh besar. Keberadaan burung berusia 130 juta tahun bernama Liaoningornis ini diumumkan dalam majalah Science oleh Hou Martin dan Alan Feduccia. Liaoningornis memiliki tulang dada tempat menempel otot-otot utk terbang seperti burung modern. Dalam hal lain burung ini juga tidak berbeda dgn burung modern. Yang berbeda hanya giginya. Keadaan ini menunjukkan bahwa burung bergigi tidak memilki struktur primitif sama sekali seperti anggapan evolusionis. Hal ini dinyatakan dalam sebuah artikel Discover “Dari mana burung berasal? Bukan dari Dinosaurus menurut fosil ini”. Fosil lain yg membantah pernyataan evolusionis tentang Archaeopteryx adl Eoalulavis. Struktur sayap Eoalulavis yg diperkirakan berusia 30 juta tahun lbh muda dari Archaeolteryx juga ditemukan pada burung modern yg terbang dgn lambat. Ini membuktikan bahwa 120 juta tahun lalu terdapat burung-burung yg dalam banyak aspek tidak berbeda dgn burung modern. Kenyataan ini sekali lagi memastikan bahwa Archaeopteryx atau burung-burung purba lain yg mirip dengannya bukan bentuk-bentuk transisi. Fosil-fosil tersebut tidak menunjukkan bahwa spesies-spesies burung berevolusi dari satu ke yg lain. Bahkan sebaliknya catatan fosil membuktikan bahwa burung modern dan sejumlah burung-burung purba seperti Archaeopteryx ternyata pernah hidup bersama pada satu zaman. Akan tetapi beberapa spesies ini seperti Archaeopteryx dan Confuciusornis telah punah dan hanya sebagian dari spesies-spesies yg pernah ada mampu bertahan hingga sekarang. Ringkasnya beberapa ciri khas Arcahaeopteryx tidak menunjukkan bahwa makhluk ini adl bentuk transisi! Stephan Jay Gould dan Niels Eldredge dua ahli paleontologi Harvard dan evolusionis terkenal mengakui bahwa Archaeopteryx adl makhluk hidup yg memiliki “paduan” dari beragam ciri akan tetapi tidak dapat dianggap sebagai bentuk transisi. Mata Rantai Imajiner antara Burung dan Dinosaurus Pernyataan yg ingin dikemukakan para evolusionis dgn menampilkan Archaeopteryx sebagai bentuk transisi adl bahwa burung merupakan hasil evolusi dari dinosaurus. Namun salah seorang ahli ornitologi terkemuka di dunia Alan Feduccia dari Universitas North Carolina menentang teori bahwa burung memiliki kekerabatan dgn dinosaurus sekalipun ia sendiri seorang evolusionis. Berkenaan dgn hal ini Feduccia mengatakan “Saya telah mempelajari tengkorak-tengkorak burung selama 25 tahun dan saya tidak melihat kemiripan apa pun. Saya benar-benar tidak melihatnya.. Pernyataan bahwa Teropoda merupakan nenek moyang burung menurut pendapat saya akan sangat mempermalukan paleontologi abad ke-20.” Larry Martin spesialis burung purba dari universitas Kansas membantah teori bahwa burung berasal dari garis keturunan yg sama dgn dinosaurus. Ketika membahas kontradiksi yg dihadapi evolusi Martin menyatakan “Terus terang jika saya harus mendukung bahwa burung dgn karakteristik tersebut berasal dari dinosaurus saya akan merasa malu tiap kali harus berdiri dan berbicara tentangnya.” Ringkasnya skenario “evolusi burung” yg didasarkan hanya pada Archaeopteryx tidak lbh dari praduga dan angan-angan evolusionis. Asal-Usul Mamalia Sebagaimana telah digambarkan teori evolusi menyatakan bahwa beberapa makluk rekaan yg muncul dari laut berubah menjadi reptil dan bahwa burung berasal dari reptil yg berevolusi. Menurut skenario yg sama reptil bukan hanya nenek moyang burung melainkan juga nenek moyang mamalia. Namun struktur reptil dan mamalia sangat berbeda. Reptil bersisik pada tubuhnya berdarah dingin dan berkembang biak dgn bertelur sedangkan mamalia memiliki rambut pada tubuhnya berdarah panas dan bereproduksi dgn melahirkan anak. Sebuah contoh perbedaan struktural antara reptil dan mamalia adl struktur rahang mereka. Rahang mamalia hanya terdiri dari satu tulang rahang dan gigi-gigi ditempatkan pada tulang ini. Rahang reptil memiliki tiga tulang kecil pada kedua sisinya. Satu lagi perbedaan mendasar mamalia memiliki tiga tulang pada telinga bagian tengah sedangkan reptil hanya memiliki satu tulang. Evolusionis menyatakan bahwa rahang dan telinga bagian tengah reptil berevolusi sedikit demi sedikit menjadi rahang dan telinga mamalia. Akan tetapi mereka tak mampu menjelaskan bagaimana perubahan ini terjadi. Khususnya pertanyaan utama yg tetap tidak terjawab adl bagaimana telinga dgn satu tulang berevolusi menjadi telinga dgn tiga tulang dan bagaimana pendengaran tetap berfungsi selama perubahan ini berlangsung. Pantaslah tidak pernah ditemukan satu fosil pun yg menghubungkan reptil dgn mamalia. Inilah sebabnya seorang ahli paleontologi evolusionis Roger Lewin terpaksa berkata”Peralihan menjadi mamalia pertama yg mungkin terjadi dalam satu saja atau maksimal dalam dua garis keturunan masih menjadi teka-teki”.
George Gaylord Simpson salah seorang tokoh utama evolusi dan pendiri teori neodarwinisme berkomentar mengenai fakta yg sangat membingungkan evolusionis ini “Peristiwa paling membingungkan dalam sejarah kehidupan di bumi adl perubahan dari mesozoic atau zaman reptil ke zaman mamalia. Seakan-akan tirai diturunkan secara mendadak utk menutup panggung di mana seluruh peran utama dimainkan reptil terutama dinosaurus dalam jumlah besar dan keragaman yg menakjubkan. Tirai ini segera dinaikkan kembali utk memperlihatkan panggung yg sama tetapi dgn susunan pemain yg sepenuhnya baru yg sama sekali tidak melibatkan dinosaurus dan reptil lain hanya menjadi figuran dan semua peran utama dimainkan mamalia dari berbagai jenis yg hampir tidak pernah disinggung dalam babak-babak sebelumnya.” Selain itu ketika mamalia tiba-tiba muncul mereka sudah sangat berbeda satu sama lain. Hewan-hewan yg berbeda seperti kelelawar kuda tikus dan paus semuanya adl mamalia dan mereka semua muncul pada periode geologi yg sama. Mustahil menarik garis hubungan evolusi di antara mereka bahkan dalam batasan imajinasi yg paling luas sekalipun. Ahli zoologi evolusionis R. Eric Lombard mengemukakan hal ini dalam sebuah artikel majalah Evolution.Mereka yg mencari informasi spesifik yg dibutuhkan dalam menyusun filogeni kelompok-kelompok mamalia akan kecewa. Semua ini menunjukkan bahwa semua makhluk hidup muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam bentuk sempurna tanpa melalui proses evolusi. Ini merupakan bukti nyata bahwa mereka telah diciptakan. Akan tetapi evolusionis berupaya menafsirkan fakta bahwa makhluk hidup muncul dalam suatu urutan sebagai indikasi adanya evolusi. Padahal urutan kemunculan makhluk hidup adl “urutan penciptaan” krn mustahil membuktikan proses evolusi. Dengan penciptaan agung dan tanpa cacat lautan dan kemudian daratan dipenuhi makhluk hidup dan akhirnya manusia diciptakan. Bertentangan dgn kisah “manusia kera” yg diindoktrinasikan pada masyarakat luas dgn propaganda media yg gencar manusia juga muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam keadaaan telah sempurna. Sumber The Evolution Deceit Harun YahyaDiterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Dzikra Telp. 7276475 7232147 E-mail dzikra@syaamil.co.id Al-Islam - Pusat Informasi Dan Komunikasi Indonesia
sumber file al_islam.chm
Asal-Usul Burung dan Mamalia
Menurut teori evolusi, kehidupan berawal dan berevolusi di laut, kemudian amfibi memindahkannya ke darat. Skenario evolusi ini juga menyatakan bahwa amfibi kemudian berevolusi menjadi reptil, makhluk yang hanya hidup di darat. Sekali lagi skenario ini tidak masuk akal, karena terdapat perbedaan-perbedaan struktural yang jauh antara dua kelompok besar hewan ini. Misalnya, telur amfibi didesain untuk berkembang di dalam air sedangkan telur amniotik reptil didesain untuk berkembang di darat. Evolusi "bertahap" amfibi adalah mustahil, sebab tanpa telur yang didesain dengan baik dan sempurna, tidak mungkin sebuah spesies dapat bertahan hidup. Selain itu, seperti biasa, tidak ada bukti bentuk transisi yang mestinya menghubungkan amfibi dengan reptil. Robert L. Carrol, seorang ahli paleontologi evolusionis dengan spesialisasi di bidang paleontologi vertebrata, mengakui bahwa "reptil-reptil awal sangat berbeda dengan amfibi dan nenek moyang mereka belum dapat ditemukan." 1
Akan tetapi, skenario evolusionis tanpa harapan ini belum juga berakhir. Masih ada masalah, bagaimana membuat mahkluk-makhluk ini bisa terbang! Karena mempercayai burung sebagai hasil evolusi, evolusionis berkeras bahwa burung-burung tersebut berasal dari reptil. Akan tetapi, tidak ada satu pun mekanisme khas burung dengan struktur yang sepenuhnya berbeda dengan binatang darat dapat dijelaskan dengan evolusi bertahap. Misalnya sayap, sebagai satu ciri khas burung, merupakan jalan buntu bagi para evolusionis. Seorang evolusionis dari Turki, Engin Korur, mengakui kemustahilan evolusi sayap:
Ciri yang sama antara mata dan sayap adalah bahwa keduanya hanya berfungsi jika telah berkembang sempurna. Dengan kata lain, mata setengah jadi tidak dapat melihat; seekor burung dengan sayap setengah jadi tidak dapat terbang. Tentang bagaimana organ-organ ini muncul, masih merupakan salah satu misteri alam yang perlu dicari penjelasannya. 2
Pertanyaan bagaimana struktur sayap yang sempurna muncul dari serangkaian mutasi acak, masih belum terjawab sama sekali. Adalah penjelasan yang tidak mungkin bahwa lengan depan reptil dapat berubah menjadi sayap yang berfungsi sempurna sebagai hasil distorsi pada gen-gennya (mutasi).
Lagi pula, sekadar memiliki sayap tidak memadai bagi organisme darat untuk terbang. Organisme darat tidak memiliki mekanisme-mekanisme struktural lain yang digunakan burung untuk terbang. Misalnya, tulang-tulang burung jauh lebih ringan daripada tulang-tulang organisme darat. Cara kerja paru-paru mereka sangat berbeda. Mereka memiliki sistem otot dan rangka yang berbeda dan sistem jantung-peredaran darah yang sangat khas. Ciri-ciri ini adalah prasyarat untuk bisa terbang, yang sama pentingnya dengan sayap. Semua mekanisme ini harus ada seluruhnya pada saat bersamaan; semuanya tidak mungkin terbentuk sedikit demi sedikit dengan cara "terakumulasi". Karena itulah teori yang menyatakan bahwa organisme darat berevolusi menjadi organisme terbang benar-benar menyesatkan.
Semua ini menimbulkan pertanyaan baru: kalaupun kisah mustahil ini kita anggap benar, mengapa evolusionis tidak mampu menemukan fosil-fosil "bersayap setengah" atau "bersayap tunggal" untuk mendukung kisah mereka?
Satu Lagi Bentuk Transisi Hipotetis: Archæopteryx
Sebagai jawaban, evolusionis mengajukan satu makhluk yaitu fosil bu-rung yang disebut Archæopteryx. Burung ini dikenal luas sebagai salah satu 'bentuk transisi' dari hanya beberapa yang masih mereka pertahankan. Archæopteryx, nenek moyang burung modern menurut kaum evolusionis, hidup 150 juta tahun lalu. Teori tersebut menyatakan bahwa sejenis dinosaurus berukuran kecil yang disebut Velociraptor atau Dromeosaurus berevolusi dengan mendapatkan sayap dan kemudian mulai terbang. Archæopteryx diasumsikan sebagai makhluk transisi dari dinosaurus, nenek moyangnya, dan kemudian terbang untuk pertama kalinya.
Paru-Paru Khusus untuk Burung
Anatomi burung sangat berbeda dengan reptil, yang dianggap sebagai nenek moyangnya. Cara paru-paru burung berfungsi sekali berbeda dengan paru-paru binatang darat. Binatang darat menghirup dan mengembuskan napas melalui saluran udara yang sama. Pada burung, udara memasuki paru-paru melalui bagian depan, dan keluar dari paru-paru melalui bagian belakang. "Desain" khas ini secara khusus dibuat untuk burung, yang membutuhkan oksigen dalam jumlah besar pada saat terbang. Struktur seperti ini mustahil hasil evolusi dari paru-paru reptil.
Akan tetapi, penelitian terakhir pada fosil Archæopteryx menunjukkan bahwa makhluk ini sama sekali bukan bentuk transisi, melainkan spesies burung dengan beberapa karakteristik yang berbeda dari burung masa kini.
Hingga beberapa waktu yang lalu, pernyataan bahwa Archæopteryx merupakan makhluk "separo burung" yang tidak dapat terbang dengan sempurna, masih sangat populer di kalangan evolusionis. Ketiadaan sternum (tulang dada) pada makhluk ini, atau paling tidak perbedaannya dengan sternum milik unggas yang dapat terbang, dianggap sebagai bukti paling penting bahwa burung ini tidak dapat terbang secara sempurna. (Tulang dada terdapat di bawah toraks, sebagai tempat bertambatnya otot-otot yang digunakan untuk terbang. Pada masa kini, tulang dada terdapat pada semua unggas yang dapat atau tidak dapat terbang, dan bah-kan pada kelelawar - mamalia terbang dari famili yang sangat berbeda).
Namun, fosil Archæopteryx ketujuh yang ditemukan pada tahun 1992 menimbulkan kegemparan luar biasa di kalangan evolusionis. Pada fosil Archæopteryx tersebut, tulang dada yang sejak lama dianggap hilang oleh evolusionis ternyata benar-benar ada. Fosil temuan terakhir itu digambarkan oleh majalah Nature sebagai berikut:
Fosil Archæopteryx ketujuh yang baru-baru ini ditemukan masih memiliki sebagian sternum berbentuk persegi panjang. Sternum ini sudah lama diperkirakan ada, tetapi tidak pernah terdokumentasikan sebelumnya. Temuan tersebut membuktikan bahwa makhluk ini memiliki otot-otot kuat untuk terbang. 3
Penemuan ini menggugurkan pernyataan bahwa Archæopteryx adalah makhluk setengah burung yang tidak dapat terbang dengan baik.
Di sisi lain, struktur bulu burung tersebut menjadi salah satu bukti terpenting yang menegaskan bahwa Archæopteryx benar-benar burung yang dapat terbang. Struktur bulu Archæopteryx yang asimetris tidak berbeda dari burung modern, menunjukkan bahwa binatang ini dapat terbang dengan sempurna. Seorang ahli paleontologi terkenal, Carl O. Dunbar menyatakan, "Karena bulunya, Archæopteryx dipastikan termasuk kelas burung." 4
Fakta lain yang terungkap dari struktur bulu Archæopteryx adalah bahwa hewan ini berdarah panas. Sebagaimana telah diketahui, reptil dan dinosaurus adalah binatang berdarah dingin yang dipengaruhi oleh suhu lingkungan, dan tidak dapat mengendalikan sendiri suhu tubuh mereka. Fungsi terpenting bulu burung adalah untuk mempertahankan suhu tubuh. Fakta bahwa Archæopteryx memiliki bulu menunjukkan bahwa makhluk ini benar-benar seekor burung berdarah panas yang perlu mempertahankan suhu tubuh, sementara dinosaurus tidak.
Spekulasi Evolusionis: Gigi dan Cakar Archæopteryx
Dua hal penting yang diandalkan kaum evolusionis ketika menyatakan bahwa Archæopteryx merupakan bentuk transisi, adalah cakar pada sayap burung itu dan giginya.
1.Bulu menunjukkan bahwa binatang ini berdarah panas dan bisa terbang.
2. Bagian dalam tulang yang kosong seperti tulang burung modern
3. Gigi pada rahangnya bukan bukti hubungan kekerabatan dengan reptil. Di masa lampau, terdapat banyak spesies burung "bergigi".
4.Sejumlah burung masa kini juga memiliki "cakar" pada sayapnya.
5. Pada specimen Archæopteryx ketujuh yang baru ditemukan, terdapat sternum, yang menunjukkan bahwa burung ini memiliki otot terbang yang kuat seperti burung modern yang dapat terbang.
Memang benar bahwa Archæopteryx memiliki cakar pada sayapnya dan gigi dalam mulutnya, tetapi ciri-ciri ini tidak berarti bahwa makhluk ini berkerabat dengan reptil. Di samping itu, dua spesies burung yang hidup saat ini, Taouraco dan Hoatzin, keduanya memiliki cakar untuk berpegangan pada cabang-cabang pohon. Kedua makhluk ini sepenuhnya burung tanpa karakteristik reptil. Karena itu, pernyataan bahwa Archæopteryx adalah bentuk transisi hanya karena cakar pada sayapnya, sama sekali tidak berdasar.
Gigi pada paruh Archæopteryx juga tidak menunjukkan bahwa makhluk ini adalah bentuk transisi. Evolusionis sengaja melakukan penipuan dengan mengatakan bahwa gigi-gigi ini adalah karakteristik reptil. Bagaimanapun, gigi bukan ciri khas reptil. Kini, banyak reptil yang memang bergigi, dan banyak pula yang tidak. Lagi pula, Archæopteryx bukan satu-satunya spesies burung yang memiliki gigi. Memang benar bahwa saat ini tidak ada lagi burung yang memiliki gigi. Namun jika kita mengamati catatan fosil, kita akan menemukan bahwa di zaman Archæopteryx dan setelahnya, bahkan hingga baru-baru ini, terdapat suatu genus burung yang dapat dikategorikan sebagai "burung bergigi".
FOKUS: Desain Bulu Burung
Teori evolusi, yang menyatakan bahwa burung berevolusi dari reptil, tidak mampu menjelaskan perbedaan besar antara dua golongan makhluk hidup tersebut. Dilihat dari ciri-ciri fisik seperti struktur kerangka, sistem paru-paru dan metabolisme berdarah panas, burung sangat berbeda dengan reptil. Satu ciri lain yang merupakan dinding pemisah antara burung dan reptil adalah bulu burung yang benar-benar khas.
Tubuh reptil dipenuhi sisik, sedangkan tubuh burung tertutup bulu. Karena evolusionis menganggap reptil sebagai nenek moyang burung, mereka harus mengatakan bahwa bulu burung adalah hasil evolusi dari sisik reptil. Akan tetapi, tidak ada kemiripan antara sisik dan bulu.
Seorang profesor fisiologi dan neuro-biologi dari Universitas Connecticut, A.H. Brush, mengakui kenyataan ini meskipun ia seorang evolusionis: "Setiap karakteristik dari struktur dan organisasi gen hingga perkembangan, morfogenesis dan organisasi jaringan sangat berbeda (pada bulu dan sisik)."1 Di samping itu, Prof. Brush meneliti struktur protein bulu burung dan menyatakan bahwa protein tersebut "sangat khas dan tidak dijumpai pada vertebrata lain." 2
Tidak ada catatan fosil yang membuktikan bahwa bulu burung berevolusi dari sisik reptil. Sebaliknya seperti di-ungkapkan Prof. Brush, "Bulu-bulu muncul tiba-tiba dalam catatan fosil, secara tak terbantahkan sebagai ciri unik yang membedakan burung." 3 Di samping itu, pada reptil tidak ditemukan struktur epidermis yang dirujuk sebagai asal mula bulu burung.4
Pada tahun 1996, ahli-ahli paleontologi membuat kegemparan tentang fosil suatu spesies yang disebut dinosaurus berbulu, yang dinamakan Sinosauropteryx. Akan tetapi, pada tahun 1997, terungkap bahwa fosil-fosil ini tidak berhubungan dengan burung dan bulu mereka bukan bulu modern.5
Sebaliknya, jika kita mengamati bulu burung secara saksama, kita mendapati suatu desain sangat kompleks yang sama sekali tidak dapat dijelaskan dengan proses evolusi. Seorang ahli burung terkenal, Alan Feduccia, mengatakan bahwa "setiap lembar bulu me-miliki fungsi-fungsi aerodinamis. Bulu-bulu tersebut sangat ringan, dengan daya angkat yang membesar pada kecepatan semakin rendah, dan dapat kembali pada posisi semula dengan sangat mudah". Selanjutnya ia mengatakan, "Saya benar-benar tidak mengerti bagaimana sebuah organ yang didesain sempurna untuk terbang dianggap muncul untuk tujuan lain pada awalnya".6
Desain bulu juga memaksa Charles Darwin merenungkannya. Bahkan, keindahan sempurna dari bulu merak jantan telah membuatnya "muak" (perkataannya sendiri). Dalam sebuah suratnya untuk Asa Gray pada tanggal 3 April 1860, ia mengatakan, "Saya ingat betul ketika pemikiran tentang mata membuat sekujur tubuh saya demam, tetapi saya telah melewati itu...." Kemudian diteruskan: "... dan sekarang suatu bagian-bagian kecil di sebuah struktur sering membuat saya sangat tidak nyaman. Sehelai bulu pada ekor merak, membuat saya muak setiap kali menatapnya, ".7
Teori evolusi, yang menyatakan bahwa burung berevolusi dari reptil, tidak mampu menjelaskan perbedaan besar antara dua golongan makhluk hi-dup tersebut. Dilihat dari ciri-ciri fisik seperti struktur kerangka, sistem paru-paru dan metabolisme berdarah panas, burung sangat berbeda dengan reptil. Satu ciri lain yang merupakan dinding pemisah antara burung dan reptil adalah bulu burung yang benar-benar khas.
Tubuh reptil dipenuhi sisik, sedangkan tubuh burung tertutup bulu. Karena evolusionis menganggap reptil sebagai nenek moyang burung, mereka harus mengatakan bahwa bulu burung adalah hasil evolusi dari sisik reptil. Akan tetapi, tidak ada kemiripan antara sisik dan bulu.
Seorang profesor fisiologi dan neuro-biologi dari Universitas Connecticut, A.H. Brush, mengakui kenyataan ini meskipun ia seorang evolusionis: "Setiap karakteristik dari struktur dan organisasi gen hingga perkembangan, morfogenesis dan organisasi jaringan sangat berbeda (pada bulu dan sisik)."1 Di samping itu, Prof. Brush meneliti struktur protein bulu burung dan menyatakan bahwa protein tersebut "sangat khas dan tidak dijumpai pada vertebrata lain." 2
Tidak ada catatan fosil yang membuktikan bahwa bulu burung berevolusi dari sisik reptil. Sebaliknya seperti di-ungkapkan Prof. Brush, "Bulu-bulu muncul tiba-tiba dalam catatan fosil, secara tak terbantahkan sebagai ciri unik yang membedakan burung." 3 Di samping itu, pada reptil tidak ditemukan struktur epidermis yang dirujuk sebagai asal mula bulu burung.4
Pada tahun 1996, ahli-ahli paleontologi membuat kegemparan tentang fosil suatu spesies yang disebut dinosaurus berbulu, yang dinamakan Sinosauropteryx. Akan tetapi, pada tahun 1997, terungkap bahwa fosil-fosil ini tidak berhubungan dengan burung dan bulu mereka bukan bulu modern.5
Sebaliknya, jika kita mengamati bulu burung secara saksama, kita mendapati suatu desain sangat kompleks yang sama sekali tidak dapat dijelaskan dengan proses evolusi. Seorang ahli burung terkenal, Alan Feduccia, mengatakan bahwa "setiap lembar bulu memiliki fungsi-fungsi aerodinamis. Bulu-bulu tersebut sangat ringan, dengan daya angkat yang membesar pada kecepatan semakin rendah, dan dapat kembali pada posisi semula dengan sangat mudah". Selanjutnya ia mengatakan, "Saya benar-benar tidak mengerti bagaimana sebuah organ yang didesain sempurna untuk terbang dianggap muncul untuk tujuan lain pada awalnya".6
Desain bulu juga memaksa Charles Darwin merenungkannya. Bahkan, keindahan sempurna dari bulu merak jantan telah membuatnya "muak" (perkataannya sendiri). Dalam sebuah suratnya untuk Asa Gray pada tanggal 3 April 1860, ia mengatakan, "Saya ingat betul ketika pemikiran tentang mata membuat sekujur tubuh saya demam, tetapi saya telah melewati itu...." Kemudian diteruskan: "... dan sekarang suatu bagian-bagian kecil di sebuah struktur sering membuat saya sangat tidak nyaman. Sehelai bulu pada ekor merak, membuat saya muak setiap kali menatapnya, ".7


1 A. H. Brush, "On the Origin of Feathers", Journal of Evolutionary Biology, Vol. 9, 1996, s. 132.
2 A. H. Brush, "On the Origin of Feathers", s. 131.
3 A. H. Brush, "On the Origin of Feathers", s. 133.
4 A. H. Brush, "On the Origin of Feathers", s. 131.
5"Plucking the Feathered Dinosaur", Science, Cilt 278, 14 Kasým 1997, s. 1229.
6 Douglas Palmer, "Learning to Fly", (Review of The Origin of and Evolution of Birds by Alan Feduccia, Yale University Press, 1996), New Scientist, Cilt 153, 1 Mart 1997, s. 44.
7 Norman Macbeth, Darwin Retried: An Appeal to Reason. Boston: Gambit, 1971, s. 101.
Hal yang terpenting adalah bahwa struktur gigi Archæopteryx dan burung-burung lain yang bergigi sama sekali berbeda dengan struktur gigi dinosaurus, yang dianggap nenek moyang mereka. Beberapa ahli ornitologi terkenal, Martin, Steward dan Whetstone mengamati bahwa Archæopteryx dan burung-burung bergigi lainnya memiliki gigi dengan permukaan-atas datar dan berakar besar. Namun, gigi dinosaurus teropoda, nenek moyang hipotetis burung-burung ini, menonjol seperti gerigi gergaji dan memiliki akar menyempit.5 Para peneliti juga membandingkan tulang-tulang pergelangan pada Archæopteryx dan dinosaurus, dan tidak menemukan kemiripan di antara mereka. 6
John Ostrom adalah seorang ahli terkemuka yang menyatakan bahwa Archæopteryx berevolusi dari dinosaurus. Namun penelitian ahli anatomi seperti Tarsitano, Hecht dan A.D. Walker mengungkapkan bahwa pendapatnya tentang sejumlah "kemiripan" antara Archæopteryx dan dinosaurus, pada kenyataannya adalah penafsiran yang salah.7
Semua penemuan ini menunjukkan bahwa Archæopteryx bukanlah bentuk transisi, melainkan hanya sejenis burung yang termasuk kategori "burung bergigi".
Archæopteryx dan Fosil-Fosil Burung Purba Lainnya
Selama beberapa dekade evolusionis menyatakan Archæopteryx sebagai bukti terbesar skenario evolusi burung, namun beberapa fosil yang baru ditemukan menggugurkan skenario tersebut.

Burung yang dinamakan Confuciusornis ini berusia sama dengan Archæopteryx
Lianhai Hou dan Zhonghe Zhou, dua ahli paleontologi dari Institut Paleontologi Vertebrata Cina, pada tahun 1995 menemukan fosil burung baru yang mereka namai Confuciusornis. Usia fosil burung ini hampir sama dengan Archæopteryx (sekitar 140 juta tahun), tetapi tidak bergigi. Selain itu, paruh dan bulunya memiliki ciri yang sama dengan burung masa kini. Selain memiliki struktur rangka yang sama dengan burung modern, sayap burung ini juga memiliki cakar seperti Archæopteryx. Pada spesies burung ini dijumpai struktur khusus yang disebut "pygostyle" yang menopang bulu-bulu ekor. Singkatnya, burung ini tampak sangat menyerupai burung modern, walau hidup semasa dengan Archæopteryx yang dianggap sebagai nenek moyang tertua dari semua burung dan disebut semi-reptil. Kenyataan ini menggugurkan semua anggapan evolusionis yang menyatakan bahwa Archæopteryx adalah nenek moyang primitif dari semua burung.8




Jika detail bulu burung diteliti, akan terlihat bahwa bulu tersusun atas ribuan tendril kecil yang saling menempel dengan kaitan. Desain unik ini menghasilkan kinerja aerodinamis luar biasa.
Satu fosil lagi yang ditemukan di Cina pada bulan November 1996, telah menimbulkan kebingungan yang lebih besar. Keberadaan burung berusia 130 juta tahun bernama Liaoningornis ini diumumkan dalam majalah Science oleh Hou, Martin dan Alan Feduccia. Liaoningornis memiliki tulang dada tempat menempel otot-otot untuk terbang, seperti burung modern. Dalam hal lain, burung ini juga tidak berbeda dengan burung modern. Yang berbeda hanya giginya. Keadaan ini menunjukkan bahwa burung bergigi tidak memiliki struktur primitif sama sekali seperti anggapan evolusionis.9 Hal ini dinyatakan dalam sebuah artikel Discover "Dari mana burung berasal? Bukan dari dinosaurus, menurut fosil ini ". 10
Fosil lain yang membantah pernyataan evolusionis tentang Archæopteryx adalah Eoalulavis. Struktur sayap Eoalulavis, yang diperkirakan berusia 30 juta tahun lebih muda dari Archæopteryx, juga ditemukan pada burung modern yang terbang dengan lambat. Ini membuktikan bahwa 120 juta tahun lalu, terdapat burung-burung yang dalam banyak aspek tidak berbeda dengan burung modern.11
Kenyataan ini sekali lagi memastikan bahwa Archæopteryx atau burung-burung purba lain yang mirip dengannya bukan bentuk-bentuk transisi. Fosil-fosil tersebut tidak menunjukkan bahwa pesies-spesies burung berevolusi dari satu ke yang lain. Bahkan sebaliknya, catatan fosil membuktikan bahwa burung modern dan sejumlah burung-burung purba seperti Archæopteryx ternyata pernah hidup bersama pada satu zaman. Akan tetapi, beberapa spesies burung ini seperti Archæopteryx dan Confuciusornis telah punah dan hanya sebagian dari spesies-spesies yang pernah ada mampu bertahan hingga sekarang.
Ringkasnya, beberapa ciri khas Archæopteryx tidak menunjukkan bahwa makhluk ini adalah bentuk transisi! Stephan Jay Gould dan Niles Eldredge, dua ahli paleontologi Harvard dan evolusionis terkenal, mengakui bahwa Archæopteryx adalah makhluk hidup yang memiliki "paduan" dari beragam ciri, akan tetapi tidak dapat dianggap sebagai bentuk transisi! 12
Mata Rantai Imajiner Antara Burung dan Dinosaurus
Pernyataan yang ingin dikemukakan para evolusionis dengan menampilkan Archæopteryx sebagai bentuk transisi, adalah bahwa burung merupakan hasil evolusi dari dinosaurus. Namun, salah seorang ahli ornitologi terkemuka di dunia, Alan Feduccia dari Universitas North Carolina, menentang teori bahwa burung memiliki kekerabatan dengan dinosaurus, sekalipun ia sendiri seorang evolusionis. Berkenaan dengan hal ini Feduccia mengatakan:
FOKUS : Bagaimana dengan Lalat?
Untuk menguatkan pernyataan bahwa dinosaurus berubah menjadi burung, evolusionis mengatakan bahwa sejumlah dinosaurus yang mengepakkan kaki depan untuk berburu lalat telah "menda-patkan sayap dan terbang" (seperti yang terlihat dalam gambar). Karena teori ini tidak memiliki landasan ilmiah dan tidak lebih dari sekadar khayalan, timbullah sebuah kontradiksi logis yang nyata: contoh yang disebutkan evolusionis saat menjelaskan asal mula kemampuan terbang, yaitu lalat, telah memiliki kemampuan terbang yang sempurna. Sementara manusia tidak mampu mengedipkan mata 10 kali per detik, seekor lalat biasa mengepakkan sayapnya 500 kali per detik. Di samping itu, lalat meng-gerakkan kedua sayapnya secara serempak. Sedikit saja ada ketidaksesuaian pada getaran sayap, lalat akan kehilangan keseimbangan; tetapi ini tidak pernah terjadi.
Evolusionis seharusnya lebih dulu menjelaskan bagaimana lalat mendapatkan kemampuan terbang yang sempurna. Tetapi mereka justru mengarang skenario tentang bagaimana makhluk yang jauh lebih canggung seperti reptil bisa terbang.
Bahkan penciptaan sempurna pada lalat rumah menggugurkan pernyataan evolusi. Seorang ahli biologi Inggris, Robin Wootton, menulis dalam artikel berjudul "The Mechanical Design of Fly Wings (Desain Mekanis pada Sayap Lalat)":
"Semakin baik kita memahami fungsi sayap serangga, semakin tampak betapa rumit dan indahnya desain sayap mereka. Strukturnya sejak semula didesain agar seminimal mungkin mengalami perubahan bentuk; mekanismenya didesain untuk menggerakkan bagian-bagian komponen sayap secara terkirakan. Sayap serangga menggabungkan ke-dua hal ini; dengan menggunakan komponen-komponen berelastisitas berbeda, yang terakit sempurna agar terjadi perubahan bentuk yang tepat untuk gaya-gaya yang sesuai, sehingga udara dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Masih sedikit, kalaupun ada, teknologi yang sebanding dengan mereka." 1
Sebaliknya, tidak ada satu fosil pun yang dapat membuktikan evolusi imajiner lalat. Inilah yang dimaksud seorang ahli zoologi terkemuka Prancis, Pierre Grassé ketika mengatakan "Kita tidak memiliki petunjuk apa pun tentang asal usul serangga."2


1 Robin J. Wootton, "The Mechanical Design of Insect Wings", Scientific American, Bd. 263, November 1990, S.120
2 Pierre-P Grassé, Evolution of Living Organisms, New York, Academic Press, 1977, S. 30
Saya telah mempelajari tengkorak-tengkorak burung selama 25 tahun dan saya tidak melihat kemiripan apa pun. Saya benar-benar tidak melihatnya.... Pernyataan bahwa Teropoda merupakan nenek moyang burung, menurut pendapat saya, akan sangat mempermalukan paleontologi abad ke-20. 13
Larry Martin, spesialis burung purba dari Universitas Kansas, membantah teori bahwa burung berasal dari garis keturunan yang sama dengan dinosaurus. Ketika membahas kontradiksi yang dihadapi evolusi, Martin menyatakan:
Terus terang, jika saya harus mendukung bahwa burung dengan karakteristik tersebut berasal dari dinosaurus, saya akan merasa malu setiap kali harus berdiri dan berbicara tentangnya. 14
Ringkasnya, skenario "evolusi burung" yang didasarkan hanya pada Archæopteryx, tidak lebih dari praduga dan angan-angan evolusionis.
Asal Usul Mamalia
Sebagaimana telah digambarkan, teori evolusi menyatakan bahwa beberapa makhluk rekaan yang muncul dari laut berubah menjadi reptil dan bahwa burung berasal dari reptil yang berevolusi. Menurut skenario yang sama, reptil bukan hanya nenek moyang burung, melainkan juga nenek moyang mamalia. Namun struktur reptil dan mamalia sangat berbeda. Reptil bersisik pada tubuhnya, berdarah dingin dan berkembang biak dengan bertelur; sedangkan mamalia memiliki rambut pada tubuhnya, berdarah panas dan bereproduksi dengan melahirkan anak.
Sebuah contoh perbedaan struktural antara reptil dan mamalia adalah struktur rahang mereka. Rahang mamalia hanya terdiri dari satu tulang rahang dan gigi-gigi ditempatkan pada tulang ini. Rahang reptil memiliki tiga tulang kecil pada kedua sisinya. Satu lagi perbedaan mendasar, mamalia memiliki tiga tulang pada telinga bagian tengah (tulang martil, tulang sanggurdi dan tulang landasan); sedangkan reptil hanya memiliki satu tulang. Evolusionis menyatakan bahwa rahang dan telinga bagian tengah reptil berevolusi sedikit demi sedikit menjadi rahang dan telinga mamalia. Akan tetapi, mereka tak mampu menjelaskan bagaimana perubahan ini terjadi. Khususnya, pertanyaan utama yang tetap tidak terjawab adalah bagaimana telinga dengan satu tulang berevolusi menjadi telinga dengan tiga tulang, dan bagaimana pendengaran tetap berfungsi selama perubahan ini berlangsung. Pantaslah tidak pernah ditemukan satu fosil pun yang menghubungkan reptil dengan mamalia. Inilah sebabnya seorang ahli paleontologi evolusionis, Roger Lewin, terpaksa berkata, "Peralihan menjadi mamalia pertama, yang mungkin terjadi dalam satu saja atau maksimal dalam dua garis keturunan, masih menjadi teka-teki". 15
Evolusionis menyatakan bahwa semua spesies mamalia berevolusi dari satu nenek moyang yang sama. Akan tetapi, terdapat perbedaan besar antara beragam spesies mamalia seperti beruang, paus, tikus dan kelelawar. Masing-masing makhluk hidup ini memiliki sistem yang didesain khusus. Misalnya, kelelawar diciptakan dengan sistem sonar yang sangat sensitif sebagai penuntun dalam kegelapan. Sistem kompleks ini, yang hanya bisa ditiru teknologi modern, tidak mungkin muncul sebagai hasil kebetulan. Catatan fosil juga menunjukkan, kelelawar muncul secara tiba-tiba dalam bentuk yang telah sempurna seperti sekarang ini dan mereka tidak mengalami "proses evolusi" apa pun.
Fosil kelelawar berusia 50 juta tahun: tidak berbeda dengan kerabat modernnya (Science, Vol. 154)
George Gaylord Simpson, salah seorang tokoh utama evolusi dan pendiri teori neo-Darwinisme, berkomentar mengenai fakta yang sangat membingungkan evolusionis ini:
Peristiwa paling membingungkan dalam sejarah kehidupan di bumi adalah perubahan dari Mesozoic atau Zaman Reptil ke Zaman Mamalia. Seakan-akan tirai diturunkan secara mendadak untuk menutup panggung di mana seluruh peran utama dimainkan reptil, terutama dinosaurus, dalam jumlah besar dan keragaman yang menakjubkan. Tirai ini segera dinaikkan kembali untuk memperlihatkan panggung yang sama tetapi dengan susunan pemain yang sepenuhnya baru, yang sama sekali tidak melibatkan dinosaurus, dan reptil lain hanya menjadi figuran, dan semua peran utama dimainkan mamalia dari berbagai jenis yang hampir tidak pernah disinggung dalam babak-babak sebelumnya.16
Selain itu, ketika mamalia tiba-tiba muncul, mereka sudah sangat berbeda satu sama lain. Hewan-hewan yang berbeda seperti kelelawar, kuda, tikus dan paus semuanya adalah mamalia dan mereka semua muncul pada periode geologi yang sama. Mustahil menarik garis hubungan evolusi di antara mereka, bahkan dalam batasan imajinasi yang paling luas sekalipun. Ahli zoologi evolusionis, R. Eric Lombard, mengemukakan hal ini dalam sebuah artikel majalah Evolution:
Mereka yang mencari informasi spesifik yang dibutuhkan dalam menyusun filogeni (sejarah dan perkembangan evolusi) kelompok-kelompok mamalia akan kecewa. 17
Semua ini menunjukkan bahwa semua makhluk hidup muncul di bu-mi secara tiba-tiba dan dalam bentuk sempurna, tanpa melalui proses evolusi. Ini merupakan bukti nyata bahwa mereka telah diciptakan. Akan tetapi, evolusionis berupaya menafsirkan fakta bahwa makhluk hidup muncul dalam suatu urutan sebagai indikasi adanya evolusi. Padahal urutan kemunculan makhluk hidup adalah "urutan penciptaan", karena mustahil membuktikan proses evolusi. Dengan penciptaan agung dan tanpa cacat, lautan dan kemudian daratan dipenuhi makhluk hidup, dan akhirnya manusia diciptakan.
Bertentangan dengan kisah "manusia kera" yang diindoktrinasikan pada masyarakat luas dengan propaganda media yang gencar, manusia juga muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam keadaan telah sempurna.

FOKUS: Mitos tentang Evolusi Kuda
Hingga baru-baru ini, urutan imajiner evolusi kuda telah dikemukakan sebagai bukti fosil terpenting teori evolusi. Akan tetapi, saat ini banyak pendukung evolusi berterus terang mengakui bahwa skenario evolusi kuda telah hancur. Dalam sebuah simposium empat hari mengenai masalah-masalah teori evolusi bertahap yang diselenggarakan pada tahun 1980 di Field Museum of Natural History, Chicago, dan dihadiri 150 evolusionis, Boyce Rensberger, seorang evolusionis yang memberikan sambutan, mengatakan bahwa skenario evolusi kuda tidak didukung oleh catatan fosil dan tidak ditemukan proses evolusi yang menjelaskan evolusi kuda secara bertahap:
Contoh populer evolusi kuda, yang mengemukakan perubahan bertahap dari makhluk seukuran rubah dengan kaki berjari empat yang hidup hampir 50 juta tahun lalu menjadi kuda masa kini yang lebih besar dengan kaki berjari satu, telah lama diketahui keliru. Bertentangan dengan perubahan secara bertahap, fosil setiap spesies peralihan tampak sama sekali berbeda, tidak berubah, dan kemudian menjadi punah. Bentuk-bentuk transisi tidak diketahui.1
Seorang ahli paleontologi kenamaan, Colin Patterson, direktur Natural History Museum, Inggris, berkomentar tentang skema "evolusi kuda" yang dipamerkan untuk umum di lantai dasar museum tersebut:
Telah begitu banyak cerita tentang sejarah kehidupan di bumi ini, sebagian lebih imajinatif daripada yang lain. Contoh paling terkenal, masih dipamerkan di lantai bawah, adalah skema evolusi kuda yang dibuat barangkali 50 tahun lalu. Dan itu telah dijadikan kebenaran harfiah dari buku ke buku. Kini, saya pikir itu perlu disesali, terutama jika mereka yang mengajukan cerita semacam ini sendiri menyadari betapa spekulatifnya sebagian skema tersebut. 2
Jadi, apa yang mendasari skenario "evolusi kuda"? Skenario ini dirumuskan dengan diagram-diagram tipuan yang disusun berurutan dari fosil spesies-spesies berbeda yang hidup pada periode sangat berlainan di India, Afrika Selatan, Amerika Utara dan Eropa, se-mata-mata mengikuti imajinasi evolusionis. Terdapat lebih dari 20 diagram evolusi kuda yang diajukan para peneliti. Semua diagram itu sangat berbeda satu sama lain. Evolusionis tidak mencapai kesepakatan tentang hal ini. Satu-satunya persamaan di antara mere-ka keyakinan bahwa nenek moyang kuda (Equus) adalah makhluk seukur-an anjing yang disebut "Eohippus", hidup dalam Periode Eosin 55 juta tahun lalu. Akan tetapi, jalur evolusi dari Eohippus ke Equus sama sekali tidak konsisten.
Seorang evolusionis yang juga penulis ilmu alam, Gordon R. Taylor, menjelaskan kenyataan yang jarang diakui ini dalam bukunya, The Great Evolution Mystery:
Namun barangkali kelemahan paling serius dari Darwinisme adalah kegagalan para ahli paleontologi menemukan filogeni atau silsilah organisme yang meyakinkan untuk menunjukkan perubahan evolusi besar... Kuda sering dikemukakan sebagai satu-satunya contoh yang bisa mewakili sepenuhnya. Akan tetapi kenyataannya, garis yang menghubungkan Eohippus dengan Equus sangat tidak menentu. Garis ini semestinya menunjukkan peningkatan ukuran badan yang kontinu. Tetapi kenyataannya, sejumlah varian berukuran lebih kecil dari Eohippus, bukannya lebih besar. Spesimen-spesimen dari berbagai sumber dapat digabungkan dalam urutan yang tampak begitu meyakinkan, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka tersusun menurut waktu yang sesuai dengan urutan ini.3
Semua fakta ini adalah bukti kuat bahwa diagram-diagram evolusi kuda, yang dinyatakan sebagai satu bukti paling kokoh untuk Darwinisme, tidak lain hanyalah dongeng fantastis dan tidak masuk akal.


Ciri Golongan Primata dan Mamalia yang Mirip Manusia - Mencari Persamaan Manusia dengan Hewan Lain - Mari Belajar Ilmu Biologi

A. Ciri-ciri Manusia yang Mirip Dengan Hewan Golongan Mamalia
1. Menyusui / menyusukan anak
2. Melahirkan anak
3. Memiliki rambut
4. Mempunyai kelenjar keringat

B. Ciri-ciri Manusia yang Mirip Dengan Hewan Golongan Primata / Primat
1. Dapat berjalan tegak di atas kedua kaki
2. Hidup berada di atas tanah
3. Semakin tinggi tingkatan atau levelnya maka kemampuannya meningkat seperti otak semakin besar dan luas serta lebih banyak menggunakan kedua tangan.


Buku Ajar :
1. Vaughan, T.A. 2000. Mammalogy, 3rd ed.
2. Wilson, D. E. & D. M. Reeder. 1993.Mammal Species of theWorld 2nd ed.
3. Eisenberg, J. F. 1981.The Mammalian Radiation, Adaption and Behaviour

Post a Comment for " "