Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

VAKSIN


Vaksin mempunyai standar keamanan tertinggi. Namun, seperti berbagai obat lainnya, vaksin juga dapat menyebabkan efek samping. Indonesia saat ini mempunyai standar keamanan yang tertinggi dan efektif dalam pemantauan peredaran vaksin. Sebelum vaksin didaftarkan di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM), produsen harus menyerahkan hasil uji klinis, seperti potensi dan keamanan. Proses uji oleh produsen ini memerlukan waktu yang panjang, bahkan sampai bertahun-tahun dan dilakukan dari kelompok kecil sampai mencakup satu negara.

Sekali digunakan di Indonesia, vaksin akan dipantau keamanan dan keefektivitasnya secara berkala. Kementerian Kesehatan (Kemkes) dan Badan POM memantau efek simapang ( masalah kesehatan setelah vaksinasi) melalui sistem pelaporan kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI). Laporan ini harus dikirim ke Komite Nasional Pengkajian dan Penaggulangan (KOMNAS PP) KIPI dalam 24 jam KOMNAS PP KIPI dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI sejak tahun 1997. Di hampir semua provinsi di Indonesia ada Komite Daerah (Komda) KIPI yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur tiap-tiap provinsi. Anggota komite terdiri atas para anggota dari berbagai organisasi serta pakar yang mempunyai kompetensi dalam ilmu vaksin, seperti wakil dari ikatan Dokter Anak Indonesia, Perhimpunan Ahli penyakit Dalam Indonesia, Perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia, Pakar Kedokteran Forensik, Farmasi, Epidemiologi dan lain-lain.

Setiap laporan dikaji untuk menentukan adanya hubungan antara vaksinasi dengan kejadian yang diketahui terjadi. KIPI dapat disebabkan oleh kualitas produksi, teknik pemberian atau reaksi cemas penerima vaksin. Apabila diperlukan, dilkaukan investigasi langsung oleh Kemkes dan Bdan POM. Apabila para ahli menemukan vaksin sebagi penyebab efek samping, maka Kemkes dan Badan POM akan memberi tindakan yang sesuai, seperti perubahan pada label vaksin atau kemasan, distribusi brosur kewaspadaan/keamanan, peninjauan fasilitas pabrik, rekomendasi melarang penggunaan vaksin tersebut, atau mencabut ijin vaksin. Sebagian besar KIPI yang terjadi tidak mempunyai hubungan kausal dengan vaksinasi.

Anak dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah, seperti pada pasien kanker dalam pengobatan, kadang harus menunda vaksinasi. Demikian pula pada seseorang yang mempunyai riwayat alergi berat terhadap vaksin, tiddak dianjurkan untuk dilakukan vaksinasi dengan jenis yang sama untuk dosis berikutnya. Namun, anak dengan sakit ringan, seperti selesma dengan demam yang rendah, tidak perlu menunda vaksinasi.

Apabila terjadi KIPI, segera hubungi dokter. Apabila reaksi berat, bawa kembali ke dokter. Ceritakan kejadian yang terjadi, kapan mulainya dan kapan vaksinasi diberikan. Minta dokter, perawat, atau petugas kesehatan lainnya untuk mengisi formulir KIPI untuk dikirim ke Sekretariat Komnas KIPI. Setiap individu akan memberikan reaksi yang unik dan berbeda terhadap vaksinasi. Kadang, anak masih terkena penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut karena efek lindung vaksin umumnya tidak sampai 100 persen, tetapi penyakit yang diderita umumnya ringan. Sebagian besar vaksin sangat efektif dan tidak menyebabkan efek samping atau hanya berupa reaksi ringan seperi demam atau nyeri pada daerah suntikan. Sangat jarang anak mengalami efek samping serius, seperti reaksi alergi. Reaksi berat pada vaksin sangat jarang sehingga sulit untuk memperkirakan angka kejadiannya. Sebelum vaksinasi, apabila ada riwayat alergi pada makanan atau obat, sampaikan kepada petugas kesehatan.





Post a Comment for "VAKSIN"